Selamat Datang Sobat, Jangan Lupa Tinggalkan Jejak ya... ^_^
Monarch Butterfly 2

Senin, 29 Juli 2013

Tabir Rasa Terungkap di Yogyakarta

              Mentari pagi telah bersinar, tiba juga akhirnya aku di kota pelajar ini. Kota impian yang selama ini sangat ingin aku jelajahi dan baru kali inilah kesempatan itu tiba. Bersama seorang sahabat baikku Nadia kami menumpang kereta bisnis dari Gambir, Jakarta.
            “Aduuuuhhh..badan gue pada pegel nich. Kita cari penginapan dulu yuu…” Nadia menyarankan
            “Ayooo..gue juga dah mulai lapar nich..” Jawabku
            Setelah mencari makan, dan bekeliling mencari penginapan akhirnya kami dapati juga di tempat yang cukup strategis ini disekitaran Malioboro. Hampir semua hotel dan penginapan sudah full saat musim liburan seperti saat ini .
            Kami pun memutuskan untuk tidur sejenak, “Ri…jalan-jalannya nanti siang aja ya..ngantuk nich”
            “Iya…tapi inget lho,kita cuma tiga hari di sini. Hmmm..coba liburannya bisa lebih panjang” akupun berbaring di samping Nadia yang sudah terlelap.        
             Siangnya, kami pun berjalan-jalan disekitaran Malioboro melihat barang-barang yang  dijajakan pedagang cindera mata khas dari kota gudeg ini.
            Menjelang senja, gemericik hujan mengiringi liburan kami kali ini. Kamipun segera mencari tempat berteduh karena untuk kembali ke penginapan pun rasanya mustahil. Suasana Malioboro yang ramai, nuansa kedaerahan pun masih terasa kental sekali. Ada keindahan tersendiri yang kami rasakan. Ketika hujan mulai mereda kami pun memutuskan untuk makan disalah satu lesehan di sepanjang jalan Malioboro tersebut.
            Dan disanalah kutemui sebuah kejutan yang tiada pernah kuduga sebelumnya. Di sudut meja aku melihat sosok yang pernah aku kenal, ia sangat asyik dengan kameranya mungkin ia pun tak menyadari ada seseorang yang tengah memperhatikannya.
            “Riana..liat apaan sich??” Tanya Nadia
            “Coba kamu lihat orang itu…mirip Angga ya??” Aku balik bertanya
            Nadia menoleh, memperhatikan secara seksama “Itu kan Angga..gue panggil ya..”
            “Jangaaannn” terlambat laranganku, Nadia sudah meneriaki nama itu
            Laki-laki yang duduk sendiri itu mencari-cari asal suara. Ia sempat bingung sampai akhirnya ia menyadari keberadaan kami dan segera bergabung dengan meja kami.
            “Hai…Riana” sapanya “Nadia…gimana kabar kalian?? Udah lama ya ga ketemu !!” Angga memberondong dengan pertanyaan
            “Baik”Jawabku
            “Kebetulan banget ya kita bisa ketemu disini..di Jakarta semenjak lulus SMA kita malah ga pernah ketemu..tapi ini justru ketemu dikota lain..” ucap Angga
            Aku yang masih terpaku antara percaya dan tidak percaya jika aku bertemu dengan orang dari masa laluku, orang yang pernah mengisi hari-hariku dulu.
            “Kalian ngapain di sini??” Tanya Angga
            “Liburan..lo sendiri ada keperluan apa disini??” Tanya Nadia
            “Sama…hehehehehe” jawabnya terkekeh
            “lo sendirian??”aku coba menetralisirkan perasaanku
            “Iya..tapi aku nginep di rumah saudara, ke sininya jalan-jalan aja sendiri. Tadinya mau ngambil suasana senja kota Yogya, tapi justru hujan” Jawab Angga “Kalian mau jadi model aku ga?? Kita besok janjian aja…sudah berkeliling kota Yogya belum?? Sambungnya dengan rentetan pertanyaan
            Dalam pikiran kami ‘wah lumayan guide gratis’ kamipun langsung meng iyakan tawaran tersebut. Sebelum kami kembali ke penginapan kami singgah di beberapa toko dan menikmati pemandangan sepanjang Malioboro, dan di tugu Yogya sana beberapa wisatawan lokal mengabadikan moment mereka.
            Esok paginya kami janjian untuk bertemu.
            “Sory..sudah lama nunggu ya…” ucapku
            “Ga juga..aku juga baru sampai..kita mau kemana dulu nich??” Tanya Angga
            “Terserah yang bawa, kita sch ikut aja, iya kan Ri..??” Jawab Nadia diiselingi pertanyaan ke padaku
            Akupun tersenyum mengangguk
            Tujuan pertama kami adalah candi prambanan, betapa indah pemandangan di sana. Puluhan candi berdiri megah. Dengan berlatar view yang cantik, Angga dengan mahir memainkan jemarinya menklik tombol kamera, ia mamang cukup berbakat dalam dunia photography.
            Aku tidak pernah menyangka kami akan sedekat itu lagi setalah tiga tahun berpisah tanpa pertemuan tanpa komunikasi. Kami bertiga selayaknya sahabat yang memang sudah lama dekat, tanpa ada jarak dan melupakan masa yang telah berlalu itu.
            Aku tidak bisa memungkirinya bahwa aku masih menyimpan seberkas rasa untuknya. Namun aku juga tak bisa melupakan rasa sakit yang pernah ia torehkan saat aku mengetahui bahwa ia mencintai gadis lain. Segala puisi dan lagu yang diciptakannya tak seutuhnya untuk ku, aku merasa di khianatinya.
            “Riana….” Angga memanggil lembut namaku
            Tiba-tiba saja jantungku  berdetak kencang, saat ini ia begitu dekat denganku. Oh,Tuhan getar itu muncul lagi saat kami saling beratatap . Mungkinkah sebuah kisah lama itu akan terulang. Saat ini kami hanya berdua, sedangkan Nadia entah kemana meneglilingi candi.
            “Sudah lama juga ya…terakhir kita ketemu saat perpisahan sekolah itu. Dan sebulan lalu saat ada reuni sekolah kita pun tidak bertemu…” Angga memulai pembicaraan
            “ohh..reuni,,gue ga dateng”
            “Kamu masih marah ya??” Tanya Angga
            “Ga..kenapa?? hmm…ko pake aku-kamu an lagi, jadi kerasa kaku ya” aku masih berusaha menyembunyikan rasa canggungku
            Angga tertawa renyah, tawa itu sudah lama aku tak melihatnya. Sebuah tawa dimana terkadang ku rindukan.”sejak dulu kan aku memang seperti ini..ga biasa justru pakai lo-gue”
            “Haiii…berduaan aja kalian…cinta lama bersemi kembali nich…” Nadia menggoda
            “Nadia,,apaan sich..”aku tersipu malu
            “Keliling peramabanannya sudah puas belum??kita ke tampat lain yuu..” ajak Angga
            Dengan kompak kamipun mengangguk setuju
            “Kita kemana nich…?”Tanya Nadia
            “melihat sunset Yogya di parangtritis” Angga menjawab dengan seyumnya
            Dan aku sedang asyik melihat hasil jepretan dari kamera Angga, aku merasakan sesuatu berbeda ketika  dimana kutemukan gambar saat kami bertiga. Dari gambar itu seakan menjelaskan ada sesuatu yang disembunyikan Angga terhadap Nadia, entah apa. Aku menatapnya kemudian segera berpaling saat ia menyadari aku memandangnya.
            “view pantai parangtristis itu indah banget apalagi saat matahari terbenam, semoga saja tidak lagi turun hujan” Angga menjelaskan seolah guide berpengalaman
            Aku hanya diam dengan fikiranku sendiri. Hatiku  bertanya-tanya mungkinkah Angga menyukai Nadia? Mungkinkah puisi-puisi yang pernah kutemukan itu untuk Nadia?
            Aku memandang lurus ke hamparan pantai dengan ombak yang dimainkan angin senja, hingga tiba-tiba “Neng..ko ngelamun aja..” Nadia merangkul pundakku “nanti dibawa ratu pantai selatan lho…hehehe” ejek Nadia
            “gue ga ngelamun ko…” aku mengelak “hmm..mungkin gue cuma cape aja kali ya..” jawabku sekenanya
            “ya..sudah nanti kita langsung balik ke penginapan aja ya..”
            Aku mengangguk setuju
            Sepanjang perjalanan kembali ke penginapan aku lebih banyak diam dengan ribuan tanda tanya di dalam hatiku. Mengapa aku semakin risau seperti ini?apakah aku masih mengharapkannya untuk kembali?jika pun Angga menyukai Nadia, itu tidak salah karena kami kini tidak punya hubungan spesial lagi. Bahkan jika esok Angga pun bersanding dengan orang lain itu haknya, ia punya kehidupan lain yang tak bisa untuk ku sentuh.
            “Riana..kamu sakit ?” Tanya Angga
            Aku hanya menggelengkan kepala
            “jika kamu merasa kurang sehat kita mampir dulu ke apotek, dan besok kita batalkan saja rencana lainnya” Ucap Angga
            “Jangan..gue baik-baik aja ko..!! besok ke Borobudur nya jangan sampai dibatalin, liburan kita tinggal satu hari lagi” jawabku
            “Ohh..ya sudah jika itu kemauanmu, tapi jagan lupa setelah sampai penginapan kamu harus segera istirahat”
            “iya..”jawabku singkat
            Entah sudah tangga ke berapa ini kami lalui, meskipun lelah akhirnya tiba juga di Borobudur. Candi megah yang menjadi salah satu keajaiaban dunia, memang luar biasa pemandangan disekitarnyapun indah sekali. Lelah yang kami rasakan seakan terbayarkan.
            Menyatu dengan alam seakan mengikis kerisauan yang sepanjang malam kurasakan. Karena kami tiba saat masih pagi, udaranya pun masih terasa sejuk sekali. Aku berjalan berkeliling mencoba menghayati nilai sejarah yang terkandung didalamnya, saking asyiknya mengagumi candi megah ini tanpa kusadar aku terpisah dari Angga dan Nadia. Aku pun mulai mencari-cari mereka, hingga di sebuah sudut arca yang tidak terlalu ramai aku melihat mereka berdua berbicara serius. Aku mencoba mendekat, namun tetap menjaga jarak dengan mereka. Aku yakin mereka tidak menyadari keberadaanku saat ini
            “gue kan sudah pernah bilang dari dulu…!! Gue ga mungkin terima lu..!!” Ucap Nadia dengan tegas
            “Kenapa?karena aku mantan sahabat kamu? Cinta itu ga bisa memilih Nad…aku mengalah saat itu, saat aku nyatakan perasaanku. Kamu bilang kamu ga ingin melukai perasaan sahabatmu karena Riana menyukaiku sejak lama,dengan alasan kamu pun telah punya pasangan kamu menolak aku. Aku sudah coba untuk menaruh perasaanku seutuhnya ke Riana,,tapi tetap ga bisa. Perasaan yang kumiliki untuknya  tak sebesar perasaaku ke kamu..apa memang tak pernah ada kesempatan untuk aku??”Angga mengiba
            “kalaupun gue terima lo sekarang, itu sama saja terkesan gue mengkhianati Riana…!!”
            “Mengkhianati apa? Aku sama Riana sudah lama putus..”
            Aku terdiam, terkejut . Antara percaya dan tidak percaya dengan apa yang aku dengar, selama ini aku mencintai seseorang yang bahkan tak pernah menaruh hatinya untukku, selama ini orang yang selalu kurindukan ternyata merindukan sahabatku sendiri.
            “Riana masih sayang sama lo…!! Lo itu cinta pertama untuknya”Ucap Nadia dengan nada semakin tinggi
            “Jika aku terus memaksakannya, itu sama artinya aku melukai perasaan Riana untuk ke sekian kalinya…!!!” Ucap Angga
            Pagi yang semula cerah ditutupi kelabunya awan, gerimispun mulai membasahi tanah Yogya kembali. Aku melihat Angga dan Nadia mencari tempat berteduh, dengan perhatiannya Angga menutupi kepala Nadia dengan jaketnya . Dan aku hanya bisa menatap mereka, kakiku terasa kaku. Bahkan tak kuperdulikan hujan ini semakin deras mengguyur.
            Ketika hujan telah reda aku segera kembali ke tempat parkir, rupanya disana Angga dan Nadia telah mananti. Aku memang melihat kecemasan dari wajah Nadia
            “Lo kemana saja Ri..kita itu khawatir. Ya, ampuun lo sampai basah kuyup begini,,memangnya ga mencari tempat berteduh??” Nadia bertanya khawatir
            “Gue ingin balik ke penginapan…sekarang” dingin yang kurasakan terkena hujan tidak sedingin hatiku yang merasakan sakit itu
            Sepanjang malam aku terus berfikir, aku mencoba menerima semua yang telah terjadi. Hal yang menyebabkan perpisahan itu alasannya itu adalah sahabat baikku.
            “Nadia….” Aku membalikan badan menghadapnya aku tak perduli lagi dengan mataku yang sembab
            “Riana…lo nangis?? Kenapa??ko lo ga cerita ke gue??” Nadia segera mengahmpiriku
            “Gue minta lo jawab yang jujur..”
            “Tentang apa…??” Nadia heran
            “Apa lo pernah suka sama Angga??”
            “Ko..lo tiba-tiba nanya begitu…”
            “Please…gue butuh jawaban lo yang jujur…” aku terus memaksa
            “Yaaa…ga mungkin lha,,” Nadia terus mengelak
            “kenapa ??karena dia mantan gue?”aku terus memojokannya
            “Lo itu kenapa sich?? kenapa tanya hal semacem itu ?”
            “karena gue denger semua…semua saat di Borobudur…!!”
            Nadia terlihat tekejut dengan pernyataanku, ia kehilangan kata
            “Gue ga pernah nyangka orang yang selama ini gue sayang rupanya menyayangi orang lain, dan orang lain itu tak lain adalah sahabat gue sendiri…!!” aku tertunduk “Selama ini gue udah jahat banget, memaksakan perasaan gue ke Angga..dia pasti menderita banget harus bersama dengan seseorang yang ga pernah dia sayang…”
            Nadia memeluk aku “maafin gue Ri…ga ada maksud sama sekali buat nyakitin lo..gue Cuma pengen melihat lo bahagia sama orang yang lo sayang, meskipun ya..gue harus memendam perasaan gue…”
            Aku melepas pelukannya “Lo itu bodoh atau apa sich..lo pernah dengar kalimat bahwa cinta tak harus memiliki, mungkin itulah yang harus gue terima. Dan sikap lo yang kaya begini justru melukai tiga hati….!!” Aku menasehatinya
            “Iya..gue mengakui ini salah…gue benar-benar minta maaf” Nadia tertunduk menyesali
            “Nad….lo harus memberi kesempatan sama Angga..dia sayang banget sama lo..gue ga akan marah..justru gue senang banget dua orang yang gue sayang bisa bahagia bersama” ucapku
            Nadia memeluk aku kembali “Thanks Ri….”
            Ke esokannya, karena kereta yang kami tumpangi untuk kembali kejakarta jam keberangkatannya sore hari, kamipun memutuskan unutuk menikmati hari terakhir liburan di Yogyakarta. Pilihan kami menikmati wisata alam pagi hari adalah ke Kaliurang.
            Pemandangan yang sejuk nan mempesona seakan memanjakan mata, dibawah kaki gunung merapi itu menjadi saksi sebuah kisah yang selama ini tersembunyi.
            “Angga…Nadia, gue uda tau semua..! gue ingin melihat kalian bisa bersama sebagaimana seharusnya dua orang yang memang saling menyayangi..jangan memenjarakan hati kalian masing-masing.. gue sudah bisa terima semuanya, mungkin selama ini hanya gue yang kurang sensitif sama perasaan yang kalian rasakan” Aku memulai percakapan
            “Riana..maaf, selama ini aku tidak pernah bermksud membohongi kamu..” Angga mengungkap penyesalannya
            “Gue ngerti..dan gue sudah memaafkan kalian yang ga pernah jujur sama gue…”aku tersenyum menggoda mereka, menggenggam tangan mereka
            Dua hati yang terpenjara itu terungkap, Yogya menjadi pemersatu dua orang yang aku sayangi. Hari yang singkat itu, telah membuka tabir yang telah tersembunyi sekian lamanya.
# TAMAT #

Tidak ada komentar: