Selamat Datang Sobat, Jangan Lupa Tinggalkan Jejak ya... ^_^
Monarch Butterfly 2

Jumat, 25 Mei 2018

Pesan Cinta Dalam Film 212 "The Power Of Love"

Sejak beredarnya kabar bahwa aksi damai 212 yang terjadi dua tahun silam akan di filmkan, Saya termasuk yang cukup penasaran kisah tersebut yang berlangsung di silang monas ini dan menggerakan umat muslim dari berbagai penjuru nusantara. Jujur saja Saya kagum dengan semangat mereka. Di saat itulah terlihat begitu damainya islam, begitu rukunnya iman karena Lillah, seperti itulah wajah cinta.

Dokumentasi 212themovie
Tanggal 09 Mei 2018 akhirnya film bertajuk 212 'The Power Of Love' resmi tayang. Hastag #putihkanbioskop menggaung di berbagai jagat media sosial. Di hari pemutaran filmnya, cukup disayangkan hanya mendapat beberapa studio saja padahal antusiasme masyarakat menyaksikan film ini cukup tinggi. Terbukti dari beberapa kawan yang gagal mendapatkan tiket nonton di pemutaran perdananya.

Genre film semacam ini menurut Saya cukup bagus, dengan membuat gebrakan yang positif bahwa menyebarkan dan menginspirasi kebaikan juga bisa melalui film. Sehingga dominasi film  yang terkadang tidak masuk akal dan kurang berfaedah bisa diminimalisir. Sudah saatnya menonton film baik yang memberi pengaruh berdaya guna bagi yang menyaksikannya. Yang membuatnya tidak sekedar tontonan tapi juga tuntunan.


Sinopsis film 212 'The Power Of Love'


Pada dasarnya film ini lebih menitik beratkan pada Rahmat (Fauzi Baadila) sebagai central cerita. Seorang jurnalis majalah Republik yang sangsi terhadap agamanya sendiri. Menjadi lulusan terbaik dari Harvard University malah membuatnya menjadi pribadi yang idealis, keras kepala dan berkarakter dingin.

Hubungan yang dimilikinya dengan keluarga tidaklah begitu harmonis, selama 10 tahun Rahmat tidak pulang ke rumahnya di Ciamis. Dan saat itu kembalinya setelah sekian lama justru untuk mengahantarkan Sang Ibunda di pembaringan terakhir.

Pertemuan Rahmat dengan sang ayah masih menunjukan ketegangan antara satu dan lainnya. Sikap keduanya yang sama-sama keras kepala tiada jua mencairkan kerinduan yang harusnya tercipta. Rahmat dan kawannya, Adin masih berada di Ciamis ketika mendengar kabar Jakarta akan di ramaikan oleh aksi 212.

Rahmat semakin jengkel saat mengetahui, Kyai Zainal (Humaidi Abbas) yang tak lain ayahnya akan turut serta dalam aksi tersebut dan akan berjalan kaki dari Ciamis. Berbagai bujukan tak menggoyahkan pedirian ayahnya padahal Beliau pun sedang sakit.

Ternyata pemuda itu masih memiliki keperdulian pada ayahnya, walau dengan terpaksa Ia ikut juga dalam rombongan meski hanya sekedar mengawasi Sang Ayah. Dalam setiap perjalanannya itu ditemui beberapa hal yang menggerakan hati Rahmat atas kekeliruannya selama ini.

Dibawah naungan rumah produksi Warna Pictures, film ini berjalan secara indepeden dengan arahan sutradara Jastis Arimb dan diproduseri oleh Helvy Tiana Rosa. Adapun beberapa pemain yang turut mendukung adalah Fauzi Baadila , Adhin Abdul Hakim, Hamas Syahid, Asma Nadia, Meyda Sefira, Rony dozer dan beberapa cameo seperti Tomy Kurniawan, Dimas Seto, Oky Setiana Dewi, Peggy Melati (Teteh Khadijjah) turut meramaikan film ini.
Nonton 212 The Movie (Doc.Pribadi)
Secara garis besar, film ini memang belum sempurna masih ada beberapa kekurangan di beberapa scene nya. Tetapi bukan berarti tidak bagus, sebab pesan yang ingin disampaikan pun cukup mengena ke hati penonton, ini bisa saya saksikan  sendiri beberapa orang yang menyaksikan film ini terisak di beberapa  bagian tayangan filmnya.

Memang sungguh di sayangkan, banyak yang bersikap apatis dahulu sebelum menyaksikan film ini. Padahal sejauh Saya menonton film sampai habis tak ada satupun adegan yang melecehkan agama lain, penggambaran film ini pun hanya ingin menyampaikan bahwa inilah wajah islam yang penuh damai dan cinta.

Bisa dikatakan makna pesan yang tersirat adalah universal untuk berbagai kalangan maupun agama. Temanya justru humanis dan lebih mempusatkan pada arti sebuah keluarga, persatuan serta toleransi dengan sesama, dan tenang dalam bersikap agar tidak main hakim sendiri.

11 komentar:

Retno Kusumawardani mengatakan...

aku belum nonton, setelah baca ini jadi punya gambaran tentang filmnya...

Vibrievb mengatakan...

Ooo syukurlah kalau ternyata tdk ada adegan melecehkan agama lain yah.. soal nya sensitif sekali topil nya di saat skrg ini�� thank you review nya mbak, jadi ada gambaran akan film ini

Leyla Hana mengatakan...

Jadi pengen nonton. Bagus jg bisa bertahan lama di bioskop ya.

Hida mengatakan...

Setuju banget Siti..film 212 ini sama sekali jauh dengan yang ditakutkan orang-orang bahwa film ini berbau politik. Justru di film ini malah menonjolkan tentang indahnya Islam. Aku suka filmnya juga pemain-pemainnya. kerenn.

Anisa Deasty Malela mengatakan...

Saya belum nonton film Indonesia yang satu ini, keengen nonton juga jadinya setelah membaca sinopsisnya :)

Endah marina mengatakan...

Setuju mbakk, film ini emang bagus banget... film ini justru bikn terharu loh, apalagi saat putihkan studio bioskop hastag nya yaa, kerenn..

sifora septia mengatakan...

Sayang sampai saat ini aku belum nonton film nya, nyesel dong ya ga nonton gimana ceritanya. Baca artikel ini jadi tahu kronologis nya begitu ya.

Tika Samosir mengatakan...

Kemaren mau nonton filmnya eh bentrok dengan acara lain. jadi deh baca reviewnya aja.

Wenny Kumala Tendean mengatakan...

Saya jarang banget update soal film bun, menarik kalau baca sinopsisnya ya. Semoga ada kesempatan untuk nonton. :)

Ovianty mengatakan...

cinta anak kepada ayah, mencairkan keras kepalanya ya. keren nih, jarang ada cerita begini, apalagi ada kejadian 212 di dalamnya. sayang aku nggak nonton, semoga ada nanti di televisi. amin

Echi Mustika mengatakan...

Ak belum sempat nonton film ini, 2x ke bioskop penuh mulu jadi males balik lagi.. Film sseru banget ya