Selamat Datang Sobat, Jangan Lupa Tinggalkan Jejak ya... ^_^
Monarch Butterfly 2

Jumat, 24 Agustus 2018

Napak Tilas Rengasdengklok Mengulas Sejarah Kemerdekaan Indonesia

Agustus menjadi bulan yang istimewa bagi Indonesia pasalnya di bulan ke delapan  inilah kemerdekaan Indonesia di proklamirkan. Sudah bisa dipastikan nuansa merah putih lebih semarak menghiasi setiap sudut jalan. Memang begitu banyak cara bagi Kita masyarakat untuk bisa menikmati euforia nuansa kemerdekaan.

Sayapun tak ingin melewatkan moment istimewa ini, dalam menyambut perayaan kemerdekaan Indonesia ikut serta menjejaki beberapa tempat bersejarah yang erat kaitannya dalam persiapan kemerdekaan. Bersama Komunitas Jelajah Budaya dan Museum Perumusan Naskah Proklamasi tergabung dalam kegiatan sarat manfaat "Napak Tilas Jelajah Rengas Dengklok".
Museum Perumusan Naskah Proklamasi (Doc. Pribadi)
Pagi hari berkumpul di Museum perumusan Naskah Proklamasi yang beralamat di Jalan Imam Bonjol - Jakarta Pusat. Gedung bergaya Eropa (Art Deco) didirikan sejak tahun 1920 oleh arsitek Belanda J.F.L Blankenberg. Sebuah tempat bersejarah dimana pada pendudukan Jepang menjadi kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda. Gedung ini menjadi sangat penting bagi bangsa Indonesia sebab  pada 16-17Agustus 1945 terjadi peristiwa sejarah yakni perumusan naskah proklamasi.


Bapak Imron Sahara perwakilan Museum Naskah Proklamasi mengatakan "Melalui peringatan kemerdekaan, diharapkan semua lapisan masyarakat dapat mengenang kembali bagaimana semangat perjuangan yang dilakukan pendahulu Bangsa Indonesia. Momentun hari peringatan perjuangan ini, harus mampu melecut kembali nilai kebersamaan sebagai bangsa dalam menghadapi globalisasi dengan menggelorakan rasa bangga dan cinta tanah air."

Berikutnya adalah sambutan dari Mas Kartum Setiawan perwakilan dari Komunitas Jelajah Budaya yang mengungkapkan "Adapun tujuan kegiatan ini tak lain mengajak masyarakat khususnya kaum muda untuk kembali mempelajari sejarah dengan cara mengunjungi tempat-tempat bernilai serts monumental yang mulai terlupakan saat ini."

Pada kesempatan kali itu juga hadir Bapak Rusdi Husein, seorang Tokoh Sejarahwan menurutnya pelaksanaan napak tilas ini merupakan aktifitas positif yang patut di apresiasi. Sebagai bentuk memaknai dan menghargai peristiwa masa lampau terlebih yang berkaitan pada suatu nilai perjuangan serta berkebangsaan.

Peserta Napak Tilas (Doc.Munasprok)
Perjalanan hari itu tanggal 12 Agustus 2018 menuju Rumah Rengasdengklok yang ada di Kerawang - Jawa Barat. Menempuh durasi waktu kurang lebih 2 jam menggunakan bus yang telah disediakan.

Tempatnya cukup terpencil, dari jalan raya masih menyusuri jalan memasuki perkampungan dan hanya ada petunjuk "cagar budaya rumah rengas dengklok". Bentuk bangunannya masih cukup dipertahankan dengan aslinya.

Sebagaimana sejarah menuliskan bahwa pada dini hari 16 Agustus 1945, para pemuda yakni Chaerul Saleh, Sukarni dan Wikana beserta rekan-rekannya menculik Soekarno dan Hatta ke sebuah tempat yang cukup jauh dari Jakarta sehingga tidak akan terdeteksi jangkauan pengawasan tentara Jepang. Tujuannya tak lain untuk mendesak segera pemimpin bangsa menyatakan kemerdekaannya.

Rumah Rengasdengklok (Doc.Pribadi)
Soekarno dan Hatta di ungsikan di sebuah rumah milik Djiauw Kie Siong, salah seorang dari pasukan Pembela Tanah Air (Peta). Awalnya rumah ini berada di pinggiran Sungai Citarum namun untuk menghindari abrasi yang kerap tinggi maka dipindahkanlah ke lokasinya yang berjarak sekitar 150 meter dari tempat asli di Kampung Bojong, Rengasdengklok.

Di rumah yang memiliki sejarah proklamasi ini bangunannya bergaya ala joglo sederhana, tidak terlalu besar, namun kental sekali dengan peristiwa proses proklamasi. Interior rumah termasuk di area ruang tamunya yang menggunakan ubin terakota yang khas di zamannya, masih ditempat yang sama dipajang juga sejumlah foto Sukarno dan Djiauw Kie Siong. Dua kamar yang sempat digunakan Sukarno dan Hatta juga masih dipertahankan bentuk aslinya. Bahkan ranjang tua dari kayu jati pun masih ada di kamar yang sempat digunakan Bung Hatta untuk beristirahat. Berbeda dengan ruang untuk Soekarno, sebab ranjang aslinya telah dibawa ke museum yang ada di Bandung.

Beberapa Foto rumah rengasdengklok (Doc.Pribadi)
Kamipun sempat  singgah dan melihat kondisi area rumah rengasdengklok dahulu yang sudah rata tak bersisa bangunan apapun. Berikutnya napak tilas yang tidak boleh terlewatkan adalah monumen kebulatan tekad, lokasinya tak terlampau jauh dari rumah Rengasdengklok.

Monumen Kebulatan Tekad adalah lokasi dimana markas besar Peta Jawa Barat yang berada di karawang berdiri. Area ini dibuat sebagai lambang dari kesepakatan Pemuda Indonesia untuk memerdekakan NKRI sebagai negara yang berdaulat dengan perjuangan mandiri, bukan dengan pemberian dr BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) ataupun PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).

Monumen Kebulatan Tekad (Doc.Pribadi)
Monumen ini berupa taman dengan di centralnya berdiri sebuah bangunan tugu, terdapat patung berbentuk kepalan tangan yang melambangkan kebulatan tekad dan semangat yang beukirkan sebuah angka 17, huruf Agustus dan angka 45 sebagai pertanda saat kemerdekaan di proklamirkan. Selain itu juga terdapat relief berupa kisah perang dan kemerdekaan Indonesia.

3 komentar:

jagbir mengatakan...

Usually, I never comment on blogs but your article is so convincing that I never stop myself to say something about it. You’re doing a great job Man. Best article I have ever read

Keep it up!

Anisa AE mengatakan...

Pasti kalau ke tempat ini jadi ingat masa-masa para pejuang untuk memerdekakan NKRI ya ...

agi pranoto mengatakan...

seru banget ada komunitas jelajah budaya seperti ini! btw keren rumah rengasdengklok bisa dipertahankan bentuk aslinya, bagus banget jadinyaaa