Selamat Datang Sobat, Jangan Lupa Tinggalkan Jejak ya... ^_^
Monarch Butterfly 2

Rabu, 23 September 2020

Alzheimer Bukan Hanya Penyakit Lansia

Alzheimer (berkurangnya memori daya ingat) - gbr : Pixabay

Pasti sering mendengar kan julukan bagi si pelupa adalah 'pikun'. Mungkin hingga saat ini belum begitu banyak yang menyadari jika kebiasaan itu bisa menjadi gejala awal dari demensia (kepikunan) atau jenisnya yang sering terjadi disebut  Alzheimer.

Mengenal istilah Alzheimer sudah sering kali dengar dari media elektronik atau film maupun drama yang pernah Aku saksikan. Semula Aku mengira, bahwa Alzheimer hanya menyerang pada orang berusia lanjut. Tapi dari beberapa penelitian menyatakan Alzheimer pun bisa menyerang pada usia produktif.

Dalam drama yang pernah Aku saksikan berjudul "A Thousand Days Promise" menceritakan tentang pemeran wanita bernama Seo Yeon. Ia seorang pekerja dan usianya masih 30 tahunan. Hingga di beberapa kesempatan, Ia sering kali melakukan kecerobohan dan lupa pada beberapa hal. Karena merasa ada yang tidak beres dengan kesehatan nya terlebih sakit kepala yang sering menyerang Ia pun memeriksakan diri. Dan hasilnya menunjukkan bahwa Seo Yeon mengalami demensia (kepikunan). Awalnya sulit dipercaya baik bagi dirinya maupun orang sekitarnya. Namun semakin hari, Seo Yeon menunjukan penurunan fungsi daya ingat dan kognitifnya.

Alzheimer adalah penyakit yang mempengaruhi bagian otak, mengontrol pikiran dan memori pada otak, mempengaruhi turunnya daya ingat, kemampuan berpikir serta perubahan perilaku. Secara signifikan tentu saja hal ini akan mempengaruhi kehidupan sehari-hari karena akan mengganggu  kemampuan beraktivitasnya.

Pada stadium lanjut dari penyakit Alzheimer ini bisa menyebabkan komplikasi akibat kehilangan fungsi otak yang parah, seperti dehidrasi, kekurangan gizi, infeksi, hingga berakibat kematian.

Kita memang tidak bisa menyangsikan, hingga saat ini masih banyak orang yang tidak begitu mengetahui Alzheimer. Karena gejala awalnya pun jarang disadari. Oleh karenanya sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran akan penyakit Alzheimer ini, setiap tanggal 21 September diperingati sebagai Hari Alzheimer Sedunia.

Sampai saat ini belum ditemukan secara pasti penyebab dari penyakit Alzheimer. Tetapi kemungkinan faktor resiko adalah usia, riwayat keluarga, dan genetika. Untuk obat Alzheimer belum ditemukan tetapi program pengobatan secara tepat dan disiplin ditenggarai  dapat memperlambat perkembangan penyakit ini dan dapat meningkatkan kualitas hidup.

Sebagai edukasi, PT Eisai Indonesia (PTEI) dan Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) mengadakan Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia, pada hari Minggu 20 September 2020. Di ikuti oleh dokter spesialis saraf, dokter umum, dokter peminat serta masyarakat awam. Kegiatan ini merupakan bagian dari program kampanye edukatif #ObatiPikun .

dr. Iskandar Linardi

President Director PT Eisai Indonesia (PTEI), dr. Iskandar Linardi, mengungkapkan "PT Eisai Indonesia turut berusaha untuk terus berkontribusi dalam kesehatan masyarakat di Indonesia selama 50 tahun, tidak terkecuali berpartisipasi dengan berkomitmen untuk memberikan edukasi mengenai penyakit Demensia Alzheimer, terutama karena penyakit ini dapat dideteksi sejak awal sehingga dapat dilakukan penanganan secepat mungkin."

Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI), DR. dr. Dodik Tugasworo P, Sp (K) menambahkan "Dengan Festival Digital Bulan Alzheimer Sedunia ini peserta akan mendapat penjelasan menyeluruh mengenai Demensia Alzheimer dan juga diperkenalkan aplikasi deteksi dini Demensia Alzheimer bernama aplikasi E-Memory Screening (EMS). Melalui Aplikasi EMS ini harapannya akan semakin banyak masyarakat yang mengetahui gejala awal Demensia Alzheimer dan juga bagaimana penanganannya."

DR. dr. Dodik Tugasworo P, Sp (K)

'EMS Sahabat Kesehatan Otak Keluarga' merupakan aplikasi yang dicanangkan oleh Perdossi bersama PT EISAI Indonesia dengan tujuan dapat mendeteksi dini terhadap Demensia Alzheimer yang bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun bahkan dari rumah dengan melakukan pemeriksaan mandiri. 

Dokter spesialis saraf dr. Pukovisa Prawiroharjo, Sp.S (K). menjelaskan "pada aplikasi E-Memory Screening (EMS),terdapat fitur artikel yang membahas segala hal tentang demensia. Juga fitur tes screening untuk menentukan apakah seseorang telah mengalami demensia atau belum."

Pada fitur tes itu, pengguna akan diminta mengisi kolom nama dan tahun lahir. Lalu menjawab delapan pertanyaan mengenai gejala atau tanda demensia. Jika skornya dua ke atas akan disarankan untuk lakukan pemeriksaan ke dokter. Disamping itu aplikasi EMS juga akan memberikan rekomendasi dokter dan rumah sakit yang jaraknya sekitar 50 km dari pengguna. Aplikasi itu bisa diunduh pada playstore maupun appstore.

Aplikasi E-Memory Screening

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr. Siti Khalimah, Sp.KJ, MARS yang juga menjadi pembicara secara virtual mengatakan "Saat ini Kita mulai memasuki periode aging population, dimana terjadi peningkatan umur harapan hidup yang diikuti dengan peningkatan jumlah lansia. Akan tetapi lansia yang tidak sehat dan tidak mandiri akan berdampak besar terhadap kondisi sosial dan ekonomi bangsa."

dr. Siti Khalimah, Sp.KJ, menambahkan bahwa demensia atau penurunan fungsi otak, sebenarnya terdapat beberapa jenis dan kebanyakan orang di dunia mengalami Demensia Alzheimer. Penderitanya di dunia ada sekitar 59 juta orang dimana Indonesia mengalami peningkatan jumlah penduduk lansia dari 18 juta jiwa (7,56%) pada tahun 2010, menjadi 25,9 juta jiwa (9,7%) pada tahun 2019, dan diperkirakan akan terus meningkat dimana tahun 2035 menjadi 48,2 juta jiwa (15,77%). 

dr. Siti Khalimah, Sp.KJ, MARS 

Untuk meminimalisir risiko Demensia Alzheimer  selalu dahulukan gaya hidup sehat agar mendapatkan masa tua yang lebih baik. Jalankan Germas (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) dengan pola Cerdik yakni Cek kesehatan rutin, Enyahkan asap rokok , Rutin beraktivitas fisik dan Spiritual, Diet Seimbang, Istirahat cukup dan Kelola stres.

12 komentar:

Cindy Vania mengatakan...

bener2 harus waspada sama pikun ya mba karena ga main2 ini. pola hidup sehat dan terus aktif ini bantu juga yaa

Talitha (Lithaetr) mengatakan...

Film Korea yang mbak sebut, saya pun nonton dan mampu menguras air mata. Memang alzheimer ini agak menakutkan bagi saya pribadi. Jadi memang mau tidak mau kita harus melakukan gerakan masyarakat sehat dan rutin cek kesehatan.

Caroline Adenan mengatakan...

setuju sih, Alzheimer ini bukan hanya untuk Lansia. Karena aku pernah baca di salah satu media, dimana gitu lupa, Alzheimer juga bisa menyerang anak2.

tantiamelia.com mengatakan...

I just heard about this dementia (senility).

Yes it was hard to believe But increasingly, a decline in memory and cognitive function. The same case with
Alzheimer's is a disease that affects parts of the brain, controls thoughts and memories in the brain, affects memory loss, thinking skills and changes in behavior.

Hope Allah protect us ☹️

andyhardiyanti mengatakan...

Benar mbak, gak hanya mereka yang lansia yang bisa mengidap Alzheimer. Di film Korea yang berjudul A Moment to Remember tuh, dijelaskan bahwa pemeran wanitanya terkena Alzheimer, padahal masih berusia muda.

nurul rahma mengatakan...

Terus terang daku juga masuk golongan yg gampang pelupa pake banget, Mba.
Tertohok dah, ketika ikutan acara ini.
Bismillah, semogaaaaa daku dan kita semua bisa #ObatiPikun :D

Maria G Soemitro mengatakan...

drama Korea emang banyak mengulas penyakit ya?
Jadi tambah pengetahuan
Walau tentunya pengetahuan dari webinar lebih lengkap dan valid
Karena disampaikan oleh ahlinya

Annie Nugraha mengatakan...

Wah ternyata aplikatif dan bermanfaat banget ya aplikasi EMS ini. Nanti akan saya coba ah. Maklum di usia 50an ini, rasanya "kebiasaan" pelupa jadi semakin sering muncul

Nanie mengatakan...

Saya juga nonton film Korea-nya, mewekkkk sedih banget. Kebayang rasanya hiks makanya selalu wanti2 diri sendiri untk terapkan gaya hidup sehat

Katerina mengatakan...

Jika alzheimer ini juga menyerang usia produktif, mesti hati2 banget dong ya, perlu pencegahan yang baik, dan mengikuti saran2 baik yang diberikan oleh ahlinya. Sedih banget kalau masih mudah udah pikun.

Susi Susindra mengatakan...

Dulu pernah nonton drama bertema alzeimer dan jadi parno sendiri, apa aku kena. Tentu mudah ditebak bahwa tokoh utamanya masih muda. Memang penyakit ini tidak pandang usia. Hanya saja, beberapa orang tua dianggap alami punya masalah ini padahal tidak.

Aisyah Dian mengatakan...

Wah iya mbak, Alzheimer ini bukan penyakit main main ya mbak, efeknya ini beneran menakutkan. Dulu saya kira hanya penyakit di drama-drama saja, tapi seiring orang-orang terdekat kita sendiri mengalami kepikunan, saya kayaknya mulai harus aware buat hidup lebih sehat ya