Selamat Datang Sobat, Jangan Lupa Tinggalkan Jejak ya... ^_^
Monarch Butterfly 2

Kamis, 22 Agustus 2013

Cinta Di Atas Asa

                  Malam ini tak biasanya Papah mengumpulkan kami semua di meja makan. Ada hal penting yang katanya ingin disampaikan beliau. Ketika semua sudah berkumpul Papah pun memulai pembicaraannya.
            “Malam ini, papah mengumpulkan kalian semua ada hal yang harus Papah sampaikan terkhusus untuk kamu Nayla..” Papah buka suara
            Aku terkejut dan heran ketika namaku disebut “Aku ??” tanyaku
            “Papah sudah mempertimbangkannya. Sebagai anak sulung dan Papah rasa usiamu sudah cukup untuk menuju jenjang pernikahan” Ucap papah
            Seketika wajahku merona, mungkinkah papah menyetujui hubunganku dengan Gary? Yang selama ini bahkan beliau sangat keras menentangnya
            “Papah sudah menemukan orang yang tepat untukmu.. ia anak dari kolega Papah. Minggu depan mereka sekeluarga akan datang ke rumah ini, Papah harap kamu segera mempersiapkan diri” Papah berucap lugas tanpa melihat bendungan air mataku
            “Tapi..Pah..aku sudah mencintai orang lain” Jawabku dalam isak
            “Siapa? Gary? Apa yang bisa diharapkan dari orang macam dia ? sudah jelas kalia berbeda keyakinan,,sampai kapanpun Papah tidak akan pernah merestui…!!” Ucap Papah tegas
            “Mah…” aku meminta pembelaan dari Mamah, tapi beliaupun angkat tangan. Karena kami semua tau segala keputusan Papah adalah mutlak tak aka nada yang berani menentangnya.

            Tak dapat kubendung lagi, air mata ini mengalir teramat deras. Aku segera berlari, mengunci pintu dan mengurung diri dalam kamar. Aku memandangi fotoku berdua bersama Gary, ku kenang kebersamaan kami dahulu yang bahagia, hubungan yang terjalin di atas perbedaan. Mungkinkah sejak awal terbinanya hubungan ini sudah menjadi kesalahan?
            Aku mengenal Gary dari forum Photography yang ku ikuti di kampus. Saat itu ia bertugas sebagai mentor, itu artinya ia seniorku dua tahun di atasku. Aku tidak pernah menyangka sebelumnya bahwa hubungan kami semakin dekat sehingga terjalinlah hubungan kasih itu.
            Perjalanan kami memang tidak mudah, begitu banyak rintangan yang kami hadapi dan yang paling berat adalah restu dari orang tua kami masing-masing terutama Papah yang memang sangat menentang keras hubungan ini. Namun begitu, lima tahun kami dapat lalui meski tanpa ketidak setujuan orang tua kami, walaupun kami belum tahu akan berkakhir seperti apa hubungan ini nantinya.
            Tiba-tiba Mamah mengetuk pintu, dengan mata yang masih sembab aku menemuinya dan membukakan pintu. Mamah memelukku
            “Mamah mengerti apa yang kamu rasakan…tapi ini sudah keputusan Papah Nay..” Ucap Mamah menenangkan
            Aku rebahkan kepalaku di atas pangkuan Mamah
            “Tapi Mah..aku sangat menyayangi Gary.  Aku tidak sanggup untuk berpisah darinya” dan aku menangis lagi
            Mamah membelai rambutku
            “Nayla..tolong mengerti, sebuah hubungan di atas perbedaan tidak selamanya akan berjalan baik. percayalah, tak mungkin kami menjerumuskanmu. Pilihan Papah adalah yang terbaik”
            “Mah..bagaimana mungkin aku bisa menikah dengan orang yang tidak kucintai”
            “Cinta itu bisa tumbuh dengan sendirinya, kebersamaan kalian lah nantinya yang akan menumbuhkan rasa diantara kalian” Mamah berkata bijak
            “Nayla, tidak mengenal laki-laki itu Mah..jadi bagaimana mungkin Nayla bisa jatuh cinta dengannya..!!”
            “Kamu mengenalnya, ia teman kecilmu dulu. Selama ini ia tinggal di Surabaya”
            “Teman kecilku??? Siapa?”
            “Gilang…kamu fikirkanlah terlebih dahulu. Kami ingin yang terbaik untukmu nak..” Mamah berlalu keluar, meninggalkanku kembali dalam kesunyian
            Aku kembali merenung, kali ini fikiranku bercabang . Apakah aku harus menuruti orang tuaku namun melepaskan cinta yang selama ini telah mengakar dalam atau sebaliknya, memperrtahankan cinta ini namun membantah orang tua ku. Lalu ada hal lain, nama di masa laluku kembali muncul, Gilang . Entah sudah berapa lama kami tak berjumpa, dahulu Nayla kecil dan Gilang kecil memang sangat akrab walaupun kenakalan Gilang kerap membuatku menangis. Namun,satu hal yang tak bisa terhindari saat itu adalah perpisahan, saat dimana  Gilang dan keluarganya pindah ke kota lain, tak berhenti-hentinya aku menangis, bahkan aku ingat dulu Mamah sampai harus membujuk agar aku mau berhenti menangis.
            Beberapa hari kemudian, aku sudah pada keputusanku, aku meminta Gary menemuiku di taman kota tempat kami biasa menghabiskan waktu bersama. Dengan senyumnya yang merekah Gary menghampiriku, ia membawa sekotak coklat. Ia sangat tau bahwa aku begitu menyukai coklat
            “Untuk kamu, Mamah baru pulang dari singapura” Ucapnya seraya menyerahkan kotak coklat itu
            Dengan tidak bersemangat aku menerimanya “Terima kasih”
            Gary duduk disampingku “Kamu lesu sekali..apa kamu sakit??” Gary menyentuh keningku khawatir
            Aku hanya menggelengkan kepala “Ada sesuatu yang harus aku sampaikan” aku berkata hati-hati
            “Ya..sudah katakana saja..ga biasa-biasanya kamu mau bicara aja pakai izin, hahahaha” Gary tertawa
            “Gary..ini serius menyangkut hubungan kita.” Ucapku mulai tegas “Kemana arah tujuan hubungan ini? Aku butuh kepastian..” lanjutku kemudian
            Tiba-tiba Gary terdiam, keheningan terjadi diantara kami hingga beberapa saat kemudian akhirnya aku buka suara
            “Papah menjodohkan aku dengan anak kolega nya”dengan sangat berat hati akhirnya aku katakana juga
            Gary terkejut “Terus kamu mau??”
            “Siapa yang bisa menolak keputusan Papah…”
            Gary terlihat murung, “Apa kamu tidak mencintai aku lagi??”
            “Cinta yang aku punya terlalu dalam ke kamu…aku pun berat banget menerima semua ini…!! Tapi apa dayaku, sebagai seorang anak tidak mungkin aku membantah orang tuaku” Jawabku “Dan..itu berarti kita tidak mungkin untuk bersama..hubungan ini harus diakhiri”Lanjutkku kemudian
            Gary hanya terdiam lesu, terlihat sekali wajahnya yang sangat kecewa.
            “Maafin aku, aku harus pergi…” aku berlalu meninggalkan Gary sendiri dengan kotak coklat pemberiannya. Dalam langkah aku pun menangis, aku tahu kami berdua sama-sama terluka.
            Malam penentuan itu pun tiba, keluarga Gilang menepati janji mereka datang untuk acara lamaran sederhana.
            “Nayla, sekarang tambah cantik ya..” Ibu Gilang memuji
            Saat itu kami sekeluarga seudah berkumpul rapi di ruang tamu, pertemuan dua keluarga.
            “Terima kasih tante..” jawabku dengan wajah tertunduk
            “Nayla…ajak Gilang sana mengobrol di taman” Perintah Papah
            “Iya Pah..”dan aku hanya bisa menurut, aku berjalan ke arah taman pekarangan rumah di ikuti Gilang
            Ketika di taman, kami berdua duduk berdampingan saling bercerita satu sama lain, layaknya teman yang memang sudah lama tidak berjumpa. Sedang asyik-asyiknya berbicang tiba-tiba hujan turun dengan derasnya, kami segera berlari menepi hendak masuk kedalam rumah hingga tiba-tiba suara yang amat sangat kukenal memanggil-manggil namaku di depan pagar.
            “Nayla…Nayla….”Panggilnya lirih dibawah derasnya hujan
            “Gary” tanpa berfikir lagi aku segera berlari menemui asal suara, tak kuperdulikan hujan, aku menerobosnya “Gary..apa yang kamu lakukan disini?? Hujan-hujanan juga…nanti kamu sakit” ucapku dengan nada khawatir
            “Nay..tolong janagan tinggalin aku, ikutkah bersamaku kita pergi dari sini. Dari orang-orang yang menentang hubungan kita” Pinta Gary, ia menarik lenganku
            Hampir saja aku terbawa suasana perasaanku terhadapnya hingga tiba-tiba wajah Gilang muncul dalam bayanganku. Dengan segera aku melepaskan genggaman Gary, ia terlihat terkejut “Maaf..aku ga bisa ikut bersamamu..aku tidak mungkin menyakiti orang tuaku”
            Dan tiba-tiba Papah sudah berada di belakangku
            “Nayla…masuk kamu” Papah bicara murka “Dan..hei Kamu jangan lagi mendekati Nayla, dia sudah jadi calon istri orang” Papah sangat marah sekali pada Gary
            “Tapi, om saya sangat mencintai Nayla..saya mohon izinkan Nayla untuk tetap bersama saya” Gary mengiba
            “Cepaat Pergi Kamu…!!” Papah segera menarikku kedalam
            Aku segera berlari ke kamar, rasanya begitu pedih. Aku hanya bisa menyaksikan dari jendela orang yang kucintai memendam kecewa dibawah derasnya hujan
            “maafin aku Gary…” Lirih kubisikan kalimat itu pada hujan           
            Ke esokan harinya, tanpa bilang terlebih dahulu Gilang datang menemuiku. Ia mengajak aku keluar, mencari udara sejuk katanya. Tentu saja kedua orangtuaku tidak menolak maupun melarangnya.
            Di perkebunan teh ini, Gilang membicarakan sesuatu yang tak kusangka ia akan membahasnya
            “Yang semalam itu kekasihmu ya??” Tanya Gilang
            Aku terkejut akan pertanyaannya, namun aku pun tidak memungkirinya “iya”
            “Kenapa kamu mau menerima perjodohan ini jika kamu masih mencintai kekasihmu??”
            “karena Papah tidak merestui hubungan kami”
            “alasannya??”
            Aku terdiam lama, dan Gilang menjadi tak enak hati akan pertanyaan itu
            “maaf kalau pertanyaan ku salah” sesalnya
            “Oh, tidak apa-apa !! aku dan Gary menjalin hubungan diatas perbedaan keyakinan dan karena itu Papah tidak merestuinya”
            Kesunyian terjadi diantara kami, seakan kami tidak saling mengenal, semuanya jadi terasa canggung
            “ Jika kamu ingin membatalkan pernikahan itu, lakukanlah sekarang sebelum semua terlambat”
            “Tapi, Gilang bagaimana bisa aku menyakiti hati kedua orang tuaku, orang tuamu dan keluarga besar lainnya”
            “Tapi jika tetap memaksakannya, kamu yang akan terluka. Aku tidak bisa melihat orang yang ku cintai terluka karena aku, aku akan lebih bahagia jika orang yang ku sayang itu pun bahagia meski ia tidak bersamaku” Ucapannya begitu tulus aku merasakan kesejukan pada setiap kata-katanya.
            “Kamu mencintai ku?? Bagaimana bisa setelah sekian lama baru ini kita berjumpa kembali??” tanyaku heran
            Gilang tersenyum
            “Sejak saat dimana aku melihat kamu menangis ketika rambutmu terkena permen karet olehku. Iya kamu memang tidak pernah menyadari meskipun jauh aku tidak pernah bisa melupakan kenangan masa kecil itu, aku selalu mencari tahu tentangmu tanpa perlu kamu ketahui. Karena aku selalu percaya jika kita berjodoh bagaimanapun caranya nanti kita akan dipersatuakan dan dipertemukan kembali. Dan Tuhan menjawab doa dan keyakinanku, ayahku mengabarkan akan menjodohkan aku dengan putri dari kolega nya yang tak lain adalah dirimu, itulah sebab tanpa harus berfikir panjang aku langsung menerimanya ”Gilang memberi penjelasan panjang lebar
            Aku begitu terharu mendengarnya, sebesar itukah ia mencintaiku? Setelah sekian lama waktu panjang tanpa komunikasi, tanpa pertemuan ia masih tetap bisa mencintaiku? Semasa dimana di usia dini ia telah menaruhkan satu hati hanya untuk aku. Aku sungguh tiada pernah menduga bahwa ada seseorang yang menyimpan hatinya  sampai sedalam itu.
            Sepanjang malam aku merenung dan terus berfikir, hingga akhirnya aku tiba pada suatu keputusan. Aku harus merelakannya, membuka lembaran hidup lainnya. Dengan sangat berat hati aku meletakan semua barang-barang pemberian Gary dan foto kenangan kebersamaan kami dahulu. Aku akan mengembalikan pada pemiliknya, mungkin dengan cara ini perlahan aku akan mampu melupakannya.
            Dua minggu lagi akad nikah itu akan diselenggarakan, pengikatan hubungan diatas janji suci. Aku telah memegang sebuah undangan dengan tujuan bertuliskan atas nama Gary. Akupun sudah mempersiapkan hati ini untuk menemuinya, bersama sekotak kenangan yang telah ku persiapkan dan akan ku kembalikan padanya.
            Taksi yang kutumpangi sudah sampai membawaku disebuah rumah berpagar tinggi ini, akupun segera keluar dari taksi dan memencet bel yang ada dipagar. Seorang ibu setengah baya membukakan pintu pagar
            “Cari siapa Non??”tanyanya ramah
            “Gary nya ada Bi..??”tanyaku
            “ini Non Nayla ya??”
            “Iya…”
            “Mari Non..masuk dulu, ada pesan yang ditinggal Den Gary untuk non Nayla”
            “Gary kemana Bi..??”            
            “Menyusul Mamahnya di Bali, katanya akan tinggal disana. Hanya beberapa kali saja akan pulang…sebentar ya” Pamit si Bibi
            Tak lama setelahnya, dengan tergopoh bibi itu kembali menemuiku yang duduk di sofa ruang tamu dan membawa sesuatu, sepucuk surat
            “Ini dari Den Gary, katanya kalau non Nayla datang mencari, kasih kan saja surat ini” Si  Bibi berkata halus
            “Oh..terima kasih, kalau begitu saya sekalian pamit ya Bi..tolong titip ini untuk Gary.” aku menyerahkan sekotak barang-barang kenanganku bersama Gary dan sebuah undangan pernikahanku untuknya.
            Setibanya di rumah, aku segera membuka surat pemberian Gary
            Dear Nayla,

            Hubungan yang pernah terjalin di antara kita sunggguh  luar biasa indahnya, aku    sama sekali tidak menyesal dengan waktu yang pernah kita lewati     bersama. Aku menyayangimu, dan aku ingin kamu bahagia.

            Tuhan memang satu, kita lah yang tidak sama.  Perbedaan  ini telah  menjadikan kita tidak  mungkin untuk bersatu. Semoga kamu selalu bahagia  dengan pilihanmu.    Ketika kamu menerima surat ini, kita sudah tidak  berada   di kota yang sama. Aku      memilih pergi bersama kenangan kita.

            Aku yang selalu menyayangimu,

            Gary

            Air mataku pun menetes tanpa mampu ku bendung, Gary memilih mengalah dan menghargai segala keputusan yang aku ambil. Ia pergi tanpa menemuiku, sampai kapanpun ia akan selalu menjadi kenangan yang terindah untuk aku. Dan kini aku ingin menyongsong kebahagiaanku yang baru bersama seseorang yang cintanya pun tak kalah lebih besar. Aku membakar surat terakhir Gary, biarlah kenangan darinya tak ada yang tersisa, terkecuali yang telah tersimpan di dalam hati.

# TAMAT #

Tidak ada komentar: