Selamat Datang Sobat, Jangan Lupa Tinggalkan Jejak ya... ^_^
Monarch Butterfly 2

Rabu, 02 Juni 2021

5 Wisata Sejarah di Palembang

Indonesia memiliki beragam tempat wisata yang menarik, bukan hanya dari segi alam, Budaya dan kulinernya pun menjadi daya tarik bagi pecinta travel. Begitu banyak potensi wisata yang bisa dikunjungi di negeri ini termasuk menelusuri berbagai tempat yang memiliki nilai sejarah. 

Vektor Jembatan Ampera (sumber gbr : Freepik)

Peristiwa dan tempat bersejarah merupakan saksi pada masa lalu, dengan mengunjungi berbagai tempat bersejarah itu pengunjung bisa memiliki perspektif waktu yang lebih luas tentang sebuah peristiwa. Diantara banyaknya wilayah Indonesia dengan beragam potensi wisata yang dimiliki, maka Palembang yang merupakan ibu kota Sumatera selatan ini tak boleh di lupakan. Selain terkenal dengan Jembatan Ampera, ada juga lho berbagai tempat wisata sejarah yang bisa dikunjungi ketika berada di kota ini. Beberapa diantaranya :

1) Benteng Kuto Besak

Benteng Kuto Besak dibangun oleh Sultan Mahmud Badaruddin I dengan nama Keraton Kuto Besak pada 1780. Bangunan ini adalah lambang supremasi Kesultanan Palembang Darussalam. Pada tahun 1812 bangunan ini sempat direbut oleh Inggris, kemudian dikuasai Belanda pada 1821 sampai pada masa kemerdekaan Indonesia.

Benteng Kuto Besak mengalami tiga peralihan fungsi, yakni sebagai istana kesultanan, benteng pertahanan, dan pernah menjadi rumah sakit. Menurut refrensi dari penulis disertasi 'defense heritage Universitas Pertahanan' Jeanne Francoise bahwasanya Benteng Kuto Besak merupakan satu-satunya benteng yang dibangun oleh orang Indonesia dan bukan peninggalan dari penjajah  Belanda atau Portugis.

Berada di lokasi yang terbuka, strategis, tepatnya ada di alan Sultan Mahmud Badarudin, 19 Ilir, Bukit Kecil, Palembang, Kota Palembang, Sumatera Selatan. 

Saat ini bangunan inti Benteng Kuto Besak tidak bisa dikunjungi oleh umum. Karena benteng itu sekarang menjadi markas militer. Tetapi pengunjung masih bisa berkunjung ke plasa Benteng Kuto Besak di depan benteng. Di depan Kuto Besak ada sebuah alun-alun yang dinamakan “meidan”, sedang di dekat pintu gerbang utama diletakkan meriam-meriam dengan posisi berjajar. 

Baca juga : 7 Destinasi Wisata Ikonik di Palembang

2) Museum Sultan Mahmud Badaruddin.

Berlokasi di Jl. Sultan Mahmud Badarudin, 19 Ilir, Kec. Bukit Kecil, Kota Palembang, Sumatera Selatan 30113. Bangunan bersejarah ini meyimpan cerita mengenai sejarah kota Palembang yang terdiri dari Koleksi museum seperti lukisan Perang Palembang, peralatan perang tradisional misalnya golok dan pedang, Prasasti Kedukan Bukit, porselen antik, pakaian adat, dan kain songket.

Museum Sultan Mahmud Badaruddin terdiri dari dua lantai dimana pada lantai satu dekat tempat pembelian tiket masuk selain ada juga pusat penjualan souvenir. Bangunan ini sudah berumur lebih dari 60 tahunan, terlihat tetap kokoh dengan nuansa khas Belanda serta tangga setengah melingkar yang langsung dibuat oleh perusahaan Belanda pada zaman dahulu. Lantainya  terbuat dari kayu tembesu utuh masih kuat dan mengkilap. Dindingnya yang dicat warna putih gading nampak terlihat masih bersih dan terawat.

Bagian pertama museum berupa ruang panjang yang mengelilingi ruangan yang lebih kecil di tengah. Di ruangan pertama ini terdapat sebuah prasasti dari masa Sriwijaya yang menjadi penanda kelahiran kota Palembang. 

Pada ruangan tengah, merupakan area  silsilah para raja dan Sultan di Palembang. Terdapat pula beberapa peta tua yang menjelaskan posisi keraton pertama di Kuto Gawang dan keraton terakhir Keraton Kuto Besak. Pada salah satu dinding museum terdapat lukisan wajah Ratu Sinuhun, seorang Ratu yang hidup di tahun 1600-an dan berhasil membuat buku hukum yang berlaku di tanah Sumatra Selatan.

3) Museum Perlawanan Rakyat (Monpera).

Merupakan simbol Perjuangan Rakyat yang Bergelora pasca proklamasi kemerdekaan RI. Saat itu berbagai wilayah di nusantara masih mengalami pergolakan dalam serangan agresi militer Belanda II. Seperti yang terjadi di Palembang pada Desember 1946, Belanda yang melanggar garis demarkasi menyulut pertempuran.

Hingga pada Januari 1947, Belanda makin gencar menghancurkan Kota Palembang dengan mengerahkan tank dan artileri. Penjajah Belanda juga menembaki pejuang nasionalis dari kapal perang dan boat, menjatuhkan bom serta granat. Pertempuran itu terjadi di hampir seluruh wilayah Kota Palembang selama 5 hari 5 malam dan menghancurkan sebagian kota ini.

Untuk memperingati peristiwa tersebut, para sesepuh pejuang kemerdekaan RI wilayah Sumatera Selatan yang tergabung dalam Legiun Veteran Sumatera Selatan berinisiatif untuk membangun sebuah monumen peringatan. Hal ini baru terwujud pada 17 Agustus 1975 dengan dilakukannya upacara peletakan batu pertama pembangunan monumen yang kemudian selesai pada 1988, lalu diresmikan oleh Alamsyah Ratu Prawiranegara (Menkokesra pada saat itu) dengan nama Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera).

Bentuk Monpera menyerupai bunga melati bermahkota lima. Melati menyimbolkan kesucian hati para pejuang, sedangkan lima sisi manggambarkan lima wilayah keresidenan yang tergabung dalam Sub Komandemen Sumatera Selatan. 

Sedangkan jalur menuju ke bangunan utama Monpera berjumlah 9, yaitu 3 di sisi kiri, 3 di sisi kanan, dan 3 di sisi bagian belakang. Angka 9 tersebut mengandung makna kebersamaan masyarakat Palembang yang dikenal dengan istilah “Batang Hari Sembilan”. 

Bangunan Monpera memiliki ketinggian mencapai 17 meter, memiliki 8 lantai, dan 45 bidang/jalur. Angka-angka tersebut mewakili tanggal proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.

Monpera juga dilengkapi dengan berbagai bangunan lain yang ada di sekitarnya, seperti pintu gerbang utama yang dibuat dengan 6 cagak beton. Angka tersebut melambangkan 6 daerah perjuangan rakyat Sumatera Selatan. 

4) Museum Balaputra Dewa.

Tempat wisata bersejarah satu ini menyimpan berbagai koleksi dari zaman pra-sejarah, zaman Kerajaan Sriwijaya, zaman Kesultanan Palembang, hingga ke zaman kolonialisme Belanda. Berbagai koleksi tersebut dipamerkan di dalam tiga ruang pamer utama. 

Sebelum memasuki tiga ruang pamer utama, pengunjung akan menyaksikan berbagai koleksi arca di selasar museum. Berbagai replika arca tersebut berasal dari zaman megalith di Sumatera Selatan. Setelah melewati selasar, pengunjung akan memasuki ruang pamer museum. Pada ruangan ini pengunjung akan mendapatkan informasi tentang awal mula sejarah berdirinya Kerajaan Sriwijaya di nusantara. Di ruangan ini juga ditemukan koleksi benda peninggalan dari zaman pra-kerajaan Sriwijaya berupa kerajinan tembikar, manik-manik, dan pengecoran logam.

Di bagian lainnya ada berbagai replika prasasti yang menjelaskan awal mula berdirinya Kerajaan Sriwijaya. Kemudianmasuk lebih ke dalam, pengunjung akan di bawa menelusuri zaman Kesultanan Palembang. Benda-benda peninggalan zaman ini berupa alat tenun songket. Salah satu koleksi kain songket yang menjadi kebanggaan Museum Balaputera Dewa adalah kain songket dengan motif Naga Besaung yang memiliki panjang 6 meter dengan lebar sekitar 25 cm. 

Di sisi lainnya pengunjung juga akan menemukan koleksi lain berupa berbagai kerajinan seni ukir Palembang yang teraplikasi dalam rak pengantin, dipan, kursi, hingga hiasan pada pintu rumah. 

Dan yang paling ikonik serta menjadi incaran para wisatawan adalah rumah limas dan rumah ulu yang berada di halaman belakang Museum Balaputera Dewa. Untuk menuju ke tempat ini tidak terlalu sulit karena areanya masih di pusat kota Palembang, tepatnya diJl. Srijaya No.I, RW.5, Srijaya, Kec. Alang-Alang Lebar, Kota Palembang, Sumatera Selatan 30139.

5) Kampung Kapitan

Menjadi salah satu peninggalan leluhur etnis Tionghoa yang pernah berdiam di Palembang adalah keberadaan Kampung Kapitan. Lokasinya ada di tepian Sungai Musi atau tepatnya di Jl. KH Azhari, Kelurahan 7 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu I, Palembang.

Kampung ini sudah ada dan dibangun pada sekitar tahun 1644, yang memang dihuni oleh etnis Tionghoa. Warga keturuan Tionghoa pertama kalinya menetap di Palembang saat kota ini masih dalam jajahan. Pada masa tersebut area Kampung Kapitan dijadikan markas dan tempat peristirahatan oleh para pelayar asal Tiongkok, yang melakukan bisnis perdagangan dengan kerajaan Sriwijaya. 

Saat ini area tersebut agak terpinggirkan karena warga asli setempat pun sudah banyak yang berpindah. Padahal di tempat ini begitu beragam terdapat nilai seni dan budaya yang bisa terlihat pada struktur bangunan rumah yang ada di sana. 

Rumah-rumah di kawasan ini menyimpan dua pengaruh budaya, yakni budaya Tiongkok dan budaya Palembang. Budaya Tiongkok bisa dilihat dari bagian dalam rumah dan bagian teras rumahnya. Di Kampung Kapitan ini terdapat tiga rumah tua yang besar dengan bangunan beton dan berbahan kayu onglen yang dikenal memiliki kualitas nomor satu. Rumah tersebut sangat unik karena merupakan kombinasi rumah limas Palembang dan rumah khas Eropa yang berpilar.

Ada beberapa objek yang bisa dilihat di Kampung Kapitan. Salah satu yang cukup mencolok adalah bangunan batu pagoda yang berdiri tegak tepat di tengah lapangan beralasakan keramik di Kampung Kapitan dengan tinggi sekitar 2,5 meter.

18 komentar:

dewi mengatakan...

seru ya ini belajar sejarah palembang

fanny_dcatqueen mengatakan...

Uwaaah banyak tempat wisata ya ternyata Palembang :D. Trakhir kesana 4 hari aku cuma wisata kuliner dari hari pertama Ampe pulang mba. Itupun blm semua dicobain wkwkwkwkwk. Kangeeen banget Ama Palembang. Tp rasanya saking cintanya Ama makanan di sana, kalo balik lagi, aku kulineran lagi sih wisata utamanya :D.

Ainun mengatakan...

banyak banget ternyata wisata sejarah di Palembang, nggak hanya kulinernya aja yang bikin penasaran, tempat wisata yang kayak gini juga pengen didatengi, main sekaligus belajar juga

Okti Li mengatakan...

Rumah Limas itu yg ada di uang kertas, buka sih?
Banyak juga ya lokasi wisata di Palembang. Dan saya satu pun belum pernah ke sana. Hikz!
Kapan ada waktu dan kesempatan semoga bisa jalan jalan ke sana

Onny Putranto mengatakan...

Setelah membaca artikel ini, gejolak plesir saya kembali membara, andai covid sudah berlalu mungkin tempat ini menjadi tujuan utama kami sekeluarga ke sana.

Wahid Priyono mengatakan...

Perlu dilestarikan nih peninggalan sejarah dan museum-museum yang syarat akan hal-hal berbau adat budaya lokal di Palembang ini.

Semoga pemerintah daerah juga bisa menjadikan museum lekat dengan dunia edukasi bagi pelajar, mahasiswa dan masyarakat untuk turut meramaikannya.

Karena biasanya museum itu sepi kayak di Museum Lampung. Jadi perlu inovasi nih supaya animo masyarat tinggi tuk datang ke museum.

nurul rahma mengatakan...

aku baru sekali ke Palembang, dan waktu itu kegiatanku kerja plus kulineran aja.
Makan martabak Har, coba aneka pempek... kok ya ngga mampir ke destinasi yg ada di blogpost ini.
kapan2 mauuukkk ke sana lagiii

Maria G Soemitro mengatakan...

#catet .... destinasi wisata yang harus saya kunjungi kalo ke Palembang

udah ancang2 nih pingin ke Palembang karena termasuk dekat dari Bandung

jalan2 ke destinasi wisata dan kulineran :D :D

Tira Soekardi mengatakan...

wah yang aku belum kapmpung kapitan

Rhoshandhayani KT mengatakan...

kalau aku cukup familiar dengan museum sultan mahmud badarudin
lebih terkenal ya kayaknya daripada 4 lainnya

Dian Restu Agustina mengatakan...

Noted...ini bisa buat bekal kalau ke Palembang lagi. Waktu ke sana cuma 2 hari jadi ga banyak kemana-mana, padahal kalau ke museum begini suamiku paling suka terus anak-anak karena sudah terbiasa juga demen aja. Banyak kisah sejarah di Palembang maka tak heran museumnya keren-keren ya

YSalma mengatakan...

Palembang menyimpan wisata sejarah yang keren2 untuk dikunjungi. Semoga tetap terawat dan terjaga dengan baik. Sehingga kalau berkunjung bisa melakukan wisata Palembang yg semakin lengkap, wisata bahari, kuliner dan sejarah.

Fenni Bungsu mengatakan...

Museum di Palembang menurut daku bentuk bangunannya unik dan arsitekturnya perlu banget dipertahankan, karena setiap tempatnya punya keindahan masing-masing.

moch. ferry mengatakan...

Palembang salah satu wilayah peninggalan kerajaan Islam di masa lalu, bagus dan menarik untuk berkunjung kesana

Annie Nugraha mengatakan...

Harus balik kampung lagi ini sih hahaha. Baru Museum Bala Putera Dewa yang saya kunjungi. BTW mungkin bisa ditambah dengan Museum Qur'an raksasa di Gandus. Wajib junjung juga itu

Yelli Sustarina mengatakan...

Ihh, sayangnya dulu saat aku Ke Palembang nggak mengunjungi Museum, padahal bagus2 banget Museumnnya, sarat degan nilai sejarah.

Hermansyah mengatakan...

Museum Perlawanan Rakyat dan Museum Balaputra Dewa sepertinya tempat yang bagus buat di kunjungi kalau ke Palembang nih.

duniamasak mengatakan...

penasaran pengen mampir ke kampung kapitan :D