Laman

Minggu, 11 Agustus 2019

Gramedia Writers & Readers Forum (GWRF) Gencarkan Gerakan Literasi

Doc. Pixabay
Sekarang ini, gerakan literasi tengah gencar digalakkan oleh banyak kalangan.  Membaca dan menulis hanya sebagian kecil dari literasi. Mengajarkan dan mengenalkan budaya juga termasuk ke dalam literasi, selain itu ada literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, dan literasi kewargaan.

Puisi dan prosa merupakan bagian dari literasi sastera yang telah dikenal selama ini. Negeri kita punya sastrawan handal yang termashyur dengan puisi-puisinya salah satunya adalah Bapak Sapardi Djoko Damono. Dijumpai dalam kegiatan Gramedia Writers & Readers Forum (GWRF) 2019 pada 04 Agustus lalu, beliau mengatakan jika puisi-puisi yang dibuatnya merupakan respon atau pengalaman dari apa yang telah dibacanya. 


Jika seseorang ingin dapat membuat puisi, maka ia harus banyak membaca puisi. Sama halnya dengan orang yang ingin dapat berbicara, maka ia harus belajar mendengar.

Selaras dengan apa yang disampaikan Bapak Bapak Sapardi Djoko Damono, narasumber lainnya pun merupakan seorang sastrawan, pengarang dari berbagai jenis karya sastra seperti novel, cerpen, puisi, dan naskah skenario. Adalah Bapak Yudhistira Ardi Nugraha Moelyana Massardi mengungkapkan bahwa puisi adalah cara Kita bercakap-cakap dengan diri sendiri, makanya harus ada suara dari dalam diri di dalam puisi yang ditulis. Hal paling sederhana untuk bisa menjadi penulis puisi, selain mulai menulis, tentu saja adalah dengan banyak membaca.


Kedua sastrawan handal ini meyakini sampai kapanpun puisi akan tetap eksis, tak akan mati. Syaratnya, para penyair terbuka pada perkembangan teknologi.

"Sastra sebenarnya adalah teknologi. Saya mengartikan teknologi sebagai cara manusia melakukan sesuatu. Seperti karakter teknologi yang terus mengalami kemajuan dan pembaharuan. Sebagai teknologi, sastra pun sebenarnya punya karakter yang sama." Bapak Sapardi Djoko Damono menutup pertemuan saat itu.

Beralih ke kelas berikutnya dengan mengambil tema 'Faith The Leads' dengab narasumber A. Fuadi. Penulis kenamaan yang sukses dengan buku-bukunya dan salah satu yang melejitkan namanya adalah Negeri 5 Menara. Yang telah banyak menyentuh ke hati pembacanya bahkan dalam sharingjya beliau mengatakan, buku tersebut sudah menjadi beberapa rujukan di universitas di luar negeri.


Pesan yang coba disampaikan dalam novel negeri 5 menara adalah spiritual dengan cerita yang inspiratif, menyentuh, dan menanamkan nilai pendidikan, nilai kejuangan, serta nilai kebersamaan. Berkisah tentang generasi muda bangsa penuh motivasi, bakat, semangat, dan optimisme untuk maju dan tidak kenal menyerah 

Belum lama ini Ahmad Fuadi kembali merilis novel terbaru yang berjudul 'Merdeka Sejak Hati'.  Sebuah novel yang inspirasi tentang Lafran Pane, pahlawan nasional yang juga merupakan salah satu pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).  Berkisah tentang anak piatu dari kaki Gunung Sibualbuali yang hanya ingin menemukan kemerdekaan dan cinta yang hilang.

Bagi Kamu yang punya impian untuk menjadi seorang penulis, jangan pernah menyerah untuk mewujudkannya. Semua proses tak semua mudah, jika konsisten dan dengan kemauan tinggi bukan tidak mungkin karyamu akan dikenal publik secara luas. Ahmad Fuadi membagikan beberapa tips sederhan bagi yang ingin menulis : 

1) Temukan tujuan penulisan
Untuk mulai menulis, seseorang harus menemukan tujuan dari penulisan. Tanpa alasan menulis yang baik, kamu tidak akan bersemangat menulis. 

2) Tentukan tema
Tanpa adanya tema, tentu tulisan akan menjadi tidak jelas dan tidak terarah. Meskipun sifatnya luas dan umum, tema memiliki peran penting dalam menentukan kerangka pikir seseorang sebagai penulis. 

3) Proses menulis
Selanjutnya, bagaimana menulis cerita, bisa dari pengalaman, melalui perjalanan dengan belajar, membaca, ikut workshop serta lakukan riset sepenuh hati.

4) Menulis dari sekarang
Tak ada kata nanti, maka segera lakukan dan menulislah. Perlu di ingat disiplin merupakan kunci untuk menulis.
Ayudia Bing Slamet dan Ditto tidak lupa memilih road trip dengan campervan dalam perjalanan mereka.


Memasuki kelas terakhir, Saya memilih tema "Travelove Of Life" yang menghadirkan Ayudia Bing Slamet dan Ditto. Dua entertainer yang sudah menikah dan selalu harmonis ini pun telah sukses menerbitkan buku kisah perjalan mereka hingga kemudian bisa bersama, lewat buku teman tapi menikah yang membuktikan bahwa hubungan friendzone bukan tak mungkin untuk bersatu.

Pasangan muda ini, sekarang lebih suka melakukan perjalanan. Berbagai lintas negara dan benua. Mereka pun turut serta memboyong putra pertama mereka Sekala. Ayu bersama keluarga kecilnya kerap kali memilih road trip dengan campervan dalam perjalanan mereka, banyak kisah yang mereka alami di negeri beda suhu, beda bahasa dan beda budaya.

Ditto dan Ayu seolah punya cara sendiri untuk menikmati setiap keberhasilan yang sudah diraih. Salah satunya yaitu membahagiakan anak dan diri sendiri dengan berlibur. Dengan perjalanan itu tak hanya sekedar melepas penat tapi juga menambah keharmonisan keluarga kecil mereka.

"Travelling bersama pasangan itu penting bagi Kami, karena di saat itulah Kami saling belajar untuk saling memahami dan bekerja sama untuk dapat menciptakan rasa saling percaya dan saling membantu, dimulai dengan membagi tugas masing-masing untuk berbagai kegiatan." Ayu mengungkapkan.

1 komentar: