Laman

Senin, 05 Desember 2016

Workshop dan Diskusi STOP HIV AIDS Menuju Indonesia Sehat

Sumber Gambar : pixabay.com
Dalam memperingati hari AIDS sedunia yang jatuh pada 01 Desember 2016 lalu, puncak kegiatan diadakan di Surabaya yang juga di hadiri oleh Ibu mentri kesehatan dan Bapak Gubernur Jawa Timur. Di siang harinya team Departemen Kesehatan yang bertolak dari Jakarta pun mengadakan workshop bersama blogger Surabaya dan sekitarnya seperti dari Malang, Sidoarjo hingga Madura. Salut dengan semangat mereka untuk konsisten hadir ke Hotel Tunjungan.

Acara yang mengangkat tema “Menuju Indonesia Sehat” dengan narasumber yang berkompeten di bidangnya masing-masing dalam perbincangan mengenai HIV AIDS. Acara di buka oleh Bapak Indra Rizon, SKM, Mkes selaku kepala bagian salah satu bidang humas di Departement Kesehatan. Berperan sebagai moderator selama berlangsungnya acara, Bapak Indra memperkenankan narasumber untuk memperkenalkan diri dan sharing kepada para blogger yang hadir.
Bapak Indra Rizon (Doc.Pri)
Pembicara pertama adalah Bapak Drg. Oscar Primadi, merupakan Kepala Biro Komunikasi dan Pelayananan Komunikasi, Kemenkes RI. Beliau menerangkan beberapa definisi seperti  Penyakit katastropik yakni  penyakit yang penanganannya biasanya memerlukan biaya tinggi dan secara komplikasi dapat membahayakan jiwanya. Beberapa penyakit yang termasuk penyakit katastropik di antaranya, hipertensi (darah tinggi) yang berpotensi menjadi kronis dan berkomplikasi, misalnya, terjadinya stroke atau serangan jantung, penyakit jantung koroner yang membutuhkan penanganan komprehensif, penyakit gagal ginjal kronis yang membutuhkan cuci darah permanen, penyakit per kolesterol yang tinggi yang membutuhkan obat-obatan yang panjang, Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis, dimana penderitanya membutuhkan untuk mengkonsumsi obat secara terus menerus, penyakit pasca stroke, lalu penyakit ganas lainnya seperti kanker, tumor dan lainnya. Termasuk penyakit infeksi yang serius, misalnya, hepatitis atau radang hati yang dapat menyebabkan sirosis atau penyakit tuberkulosis paru yang memerlukan obat-obatan lama.

Dan yang disebutkan tersebut adalah penyebab kematian tertinggi di Indonesia, selain itu saat ini perkembangan penyakit lainnya yang cukup memprihatinkan adalah HIV AIDS dimana setiap tahunnya mengalami peningkatan. HIV (Human Immunodeficiency Virus) AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrom)  adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh serta melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit. Umumnya penyebaran virus tersebut melalui  cairan tubuh dari orang yang terinfeksi seperti  cairan sperma, cairan vagina, cairan anus, darah, dan ASI. HIV tidak bisa menyebar melalui keringat atau urine

Semakin tingginya angka kematian atas banyaknya penyakit yang menyebar di masyarakat menggerakan dinas kesehatan serta seluruh team terkait, membuat terobosan dan sebuah kebijakan untuk mengajak masyarakat perduli dan menyadari begitu pentingnya gaya hidup sehat. Melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) dilakukan sebagai bentuk upaya promotif dan preventif menuju Indonesia Sehat. Adapun tujuannya adalah :

1) Menurunkan beban penyakit menular dan penyakit tidak menular, baik kematian maupun kecacatan
2) Menghindarkan terjadinya penurunan produktivitas penduduk
3) Menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan karena meningkatnya penyakit dan pengeluaran kesehatan.

Tetapi semua itu akan terealisasikan jika semua komponen bersatu, tak terkecuali peranan blogger sangat diharapkan untuk menyebar informasi secara lebih luas.
Pembicara berikutnya adalah Bapak Dr Ansarul F selaku Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Masalah kesehatan Dinas Keseharan Jawa Timur. Di Indonesia wilayah yang mempunyai kasus HIV/AIDS tertinggi salah satunya adalah Propinsi Jawa Timur tepatnya Surabaya, kondisi ini jelas sangat memprihatinkan mengingat Surabaya adalah kota terbesar dan modern setelah Jakarta. Meskipun sudah ada tindakan dengan penutupan Dolly sebagai lokalisasi terbesar namun hal itu tidak menjamin, faktanya kasus HIV AIDS justru lebih banyak ditemukan kepada penderita Ibu Rumah Tangga dan anak.

Banyak hal yang mendasarinya penyebaran virus tersebut , untuk itu harus ada upaya intensif dari semua pihak untuk mengurangi penularan dan penambahan kasus HIV/AIDS, salah satunya adalah pemberian obat secara gratis kepada penderita, seperti obat Anti Retrovirus (ARV).

Ibu Dr Wiendra Woworuntu selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Kemenkes RI, menambahkan meski belum ada obat untuk sepenuhnya menghilangkan HIV, tapi langkah pengobatan HIV yang ada pada saat ini cukup efektif. Pengobatan yang dilakukan bisa memperpanjang usia hidup penderita HIV dan mereka bisa menjalani pola hidup yang sehat. Cara terbaik untuk mencegah HIV adalah dengan melakukan hubungan seks secara aman, dan tidak pernah berbagi jarum serta peralatan suntik apa pun.

Untuk menekan makin merebaknya kasus HIV dan AIDS Dinas Kesehatan melakukan beberapa langkah strategis yakni dengan meluncurkan tiga program Zero yaitu Zero New Infection diharapkan mampu menurunkan jumlah kasus baru HIV serendah mungkin. Program Zero AIDS Related Deaths, menurunkan serendah mungkin angka kematian AIDS dan Zero Discrimination, menurunkan stigma dan diskriminasi terhadap pasien HIV AIDS.

Bidang Kemenkes pun menghimbau untuk segera deteksi dini dengan strategi temukan obati dan pertahankan (TOP) yakni dengan menawarkan tes HIV secara rutin kepada orang-orang yang beresiko tertularnya penyakit tersebut minimal setiap 6 bulan sekali. Tujuan dilaksanakannya kegiatan tersebut adalah untuk mempertahankan kepatuhan terjadap pengobatan ARV dengan melibatkan dukungan komunitas ODHA dan LSM.

Terakhir adalah Bapak Farid Hafif dari LSM yang menangani penderita ODHA Yayasan Mahameru bertempat di Surabaya. Dikatakan penderita HIV umumnya tampak normal, karena ketika virus tersebut menyerang tubuh seseorang tidak langsung menimbulkan gejala fisik. Tampak dari luar kondisi penderita tak jauh berbeda dengan orang sehat pada umunya. Namun, kekebalan tubuh seseorang yang terinfeksi HIV akan terus menurun hingga beberapa tahun ke depan dan di fase tersebut lah kelainan fisik mulai terlihat.
Blogger & Narasumber (Doc. Elisa Koraag)
Dalam sesi workshop diskusi kala itu, telihat peserta cukup antusias mengajukan berbagai pertanyaan seputar HIV dan AIDS, hastag #WORLDAIDSDAY pun sempat menempati trending topic twitter di Indonesia. Melalui sharing informatif semacam ini di harapkan pesan-pesan dan anggapan yang sering kali keliru dapat luruskan.

12 komentar:

  1. Wow, acarana seru dan sangat bermanfaat ya. Lebih kenal aids dan tetek bengeknya. Jadi bisa lebih waspada ke depannya. Informatif sekali Mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga postingan ini bermanfaat dan menginspirasi ^_^

      Hapus
  2. Banyak pertanyaan ttg permasalahan Aids ini, tapi pencegahan mmg jalan terbaik saat ini. Semoga seiring berkembangnya Teknologi 'ketemu' ya...amin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiiin Yaa..Rabb
      Semoga ada jawaban terbaik utk pengobatan AIDS ini

      Hapus
  3. Seruu dan menariik banget mbaak workshopnyaa. Sepakaat kalau semakin modern begini,harus semakin waspada dengan pergaulan yg makin bebas dan dampak yg ditimbulkan. Salah satunya potensi penyebaran hiv/aids.

    Mbaak kalaau mau ikut temu blogger di surabaya gtu dpet infonyaa dmna yaa? Hehee pengen sesekali ikut gathering nih. Saya d surbayaa jugaaa. . Wkwkwk salam kenaal 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal Mba..Biasanya ada yg mengkoordinir kan Mba..Sayapun dpt undangan dari JKT :D

      Yupss..semoga melalui tulisan ini bisa meminimalisir karena semakin sadar akan AIDS tsb

      Hapus
  4. wah, rame acaranya ya, mba. aku kenal beberapa bloggernya. semoga acara workshop dan disksi seperti ini makin sering diadakan. apalagi temanya memang butuh banyak disosialisasikan oleh pihak medis.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga semakin banyak lagi acara serupa yg mengangkat tema kesehatan

      Hapus
  5. Shock itu waktu dikata kalau penularan HIV bisa dari tempat tak terduga seperti gunting di salon. :(

    BalasHapus
  6. Acara yang sangat bermanfaat ini, Mbak. Wah, ada Mbak Elisa Koraag juga datang ya. Saya pernah bertemu di Jogja.

    BalasHapus
  7. pernah ikut acara serupa di Jakrta. Sedih sekali untuk penanganan di daerah terpencil krna sulitnya pengobatan dan pendidikan ttg hal ini disana :(

    Dan kebanyakan, perempuan yang jadi korban :|

    BalasHapus