Laman

Sabtu, 16 Juli 2016

Bukan Lagi Kota Kerinduan

Jika dahulu saya selalu menyatakan bahwa Yogyakarta adalah kota yang terbentuk atas kata kerinduan, namun saat ini sepertinya tidak lagi. Berbekal sebuah pengalaman dari perjalanan terakhir yang saya lakukan yang pada akhirnya menanamkan kekecewaan yang teramat sangat.

Jika dahulu yang saya tahu bahwa Yogyakarta adalah kota yang ramah bagi para backpacker namun sepertinya tidak lagi. Sedih sudah pasti karena segala yang terjadi jauh dari apa yang saya perkirakan sebelumnya.

Saya tahu, tanpa kedatangan saya pun Yogyakarta akan tetap menjadi primadona wisatawan lain. Yang saya rasakan adalah kondisi dan aura kota yang tak lagi sama dengan yang terakhir kali saya berkunjung.

Bermula dari kemalangan yang tidak mendapat penginapan karena tiba malam dan terkejutnya masjid di dekat malioboro yang dahulu bisa disinggahi ternyata terkunci. Berputar-putar menelusuri jalan dan pekatnya malam hingga meminta persinggahan ke polsek pun tak mendapatkan ijin untuk singgah beristirahat. Sampai kemudian bisa beristirahat di pelataran Masjid Bhayangkara Baitturahman - Ngampilin Yogyakarta walaupun pada akhirnya tetap saja tidak dapat tidur.


Tidak memiliki kerabat maupun teman dekat ternyata cukup membuat kesulitan juga untuk meminta pertolongan.

Paginya menjemput teman di stasiun tugu untuk kemudian melanjutkan eksplore keindahan alam kalibiru di kulon progo. Tetap saja naas tak dapat di tolak, tepat di jalan ke arah Bantul saat ingin menuju Imogiri saya harus mengalami pedihnya terguling-guling di atas aspal kecelakaan ditabrak sebuah sepeda motor yang membuat saya mengalami shock cukup hebat dan rasa sakit serta nyeri yang berkepanjangan.

Apesnya lagi, tiada daya untuk bisa melanjutkan perjalanan dan memutuskan kembali namun tidak kebagian tiket sampai kemudian ditipu mentah-mentah oleh agen tiket bus di terminal giwangan sampai terdampar seharian di wangon lantaran bus mogok.

Sebuah perjalanan yang cukup menyakitkan bagi saya dan kini tak seindah dalam pandangan seperti dahulu,  tak lagi sama.

4 komentar:

  1. Eeuuuh, turut sedih ya Mbak. Tapi memang seharusnya mesjid mah ga dikunci atuh yak. Terus akhirnya tidur di mana Mbak? Meuni terlunta lunta begitu yak. Perjalanan terkadang ga selalu seindah bayangan yak. Tapi ini juga semoga bisa memperkaya pengalaman kita yak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba dan itu perjalanan terburuk yg saya mesti alami. Akhirnya dapet masjid yg ga dikunci di daerah ngampilin,tp nda nyaman juga suasananya ramai tukang becak jadi saya ga bisa tidur

      Hapus
  2. Ya Allah teh semoga ini Ujian Keimanan dari Allah ..
    Allah menolong ornag-orang sabar kayak teteh ..
    Lekas Pulih teh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin..terima kasih banyak Leon, semoga ini akan jadi pembelajaran kedepannya

      Hapus