Laman

Kamis, 31 Maret 2016

Kesempatan Di Delapan Hari Terakhir




Aku hanya merasakan ruang hampa, kelabu sekeliling berwarna demikian hingga tiba-tiba muncul sesosok pria bersayap gelap. Ah, aku tidak mampu untuk melihat wajahnya hanya seperti bayang, siluet. Perlahan sosok itu mendekatiku yang terduduk dalam kebingungan. Wajahnya tetap tak dapat terlihat selain hanya pancaran sinar. Tapi sayapnya hitam. Diakah malaikat kematian ? bukan sosok berjubah dengan suatu senjata sebagaimana penggambaran yang selama ini ku pahami dari film maupun buku.

“Aku bukan malaikat kematianmu. Tugasku hanya menyampaikan suatu kabar untuk sebuah kesempatan yang akan Engkau jalani” ujarnya. Suaranya tegas namun terdengar lembut.

“Maksudnya ?” Aku masih di liputi keheranan.

“Jika kamu di berikan kesempatan kembali untuk sebuah kehidupan, apa yang akan Engkau perbuat ?”

“Kehidupan ? memangnya aku ada dimana saat ini ?”

“Engkau berada di suatu dimensi , lihatlah..” sosok itu memperlihatkan sebuah bayangan seperti layaknya film dan Aku melihat tubuhku yang tidak berdaya dengan lilitan kabel-kabel alat medis. Aku merasakan wajahku terasa panas, aku bisa merasakan air yang berjatuhan dari sudut mata.


“Ada apa ini sebenarnya ?”

“Engkau mengalami koma, dalam tidur panjangmu namun ruh mu berada dalam penantian dan kebimbangan. Engkau mungkin salah satu makhluk yang beruntung karena di berikan kesempatan untuk memperbaiki segalanya selama 8 hari.”

“Apa ? hanya 8 hari ??”

“Baiklah. Jika Engkau masih merasa keberatan, tugasku hanya menyampaikan hal ini” Perlahan sosok itu mulai bergerak terbang ke atas meninggalkan Aku dalam ruang dimensi yang tak kupahami. Sebelum Ia jauh terbang dan menghilang Aku menyetujui apa yang telah disampaikannya.

“Aku menyetujui apa yang telah kamu sampaikan” teriakku

Perlahan sosok itu terbang mendekatiku, ia membawaku pada sebuah pintu dengan sinaran yang menyilaukan.

“Masuklah dan manfaatkan kesempatan yang tersisa”
 
Ilustrasi
Perlahan aku membuka mataku, sakit karena kabel-kabel ini masih melilit di tubuhku. Ibu yang tertidur di samping ranjangku terkesiap, rona bahagia dan syukur terpancar dari wajahnya. Ia segera memanggil dokter dan secara cepat pasukan tim medis itu segera memeriksa kondisiku.

Tim medis menyatakan suatu mukjizat akan diriku yang kemudian tersadar dari koma yang berkepanjangan. Bahkan aku di izinkan kembali ke rumah, karena setelah siuman itu tiada lagi tanda-tanda yang menyebabkan aku roboh dan koma.

Dengan lembut ibu memapahku menuju ruang tidur, rasanya rindu sekali sudah lama tidak menempatinya. Ketika Ibu keluar dari kamar, aku dikejutkan dengan sosok asing berperawakan sama seperti yang aku lihat di ruang hampa yang tidak ku ingat secara keseleruhannya. Namun sosok itu tanpa sayap, tetap saja tak dapat terlihat wajahnya dengan jelas. Ia mendekatiku dan berbicara sesuatu, Aku mencoba berteriak memanggil Ibu namun Dia menahanku.

“Ingat. Waktumu hanya sebentar, manfaatkan sebaik-baiknya. Percuma saja Engkau berteriak, karena hanya Engkau yang dapat melihatku di sini. Aku hanya membantu mengawasimu. Jika Engkau berbuat satu saja kekeliruan maka kesempatan 8 hari itu tak akan  pernah datang lagi” Dia memperingatkan.

8 hari itu bukan waktu yang lama dapatkah aku memperbaiki segala kesalahan yang pernah terjadi ?. Baiklah dimulai dari ibadahku yang selama ini tidak teratur dan kadang lalai, Aku merasakan kekhusyu’an yang lebih dalam ketika Kusadari bahwa kematian bisa datang kapanpun, lebih dekat bahkan dari urat leherku. Taubat dengan sungguh-sungguh menjauhi apa yang dilarang-Nya dan mentaati segala perintah-NYA. Kepada DIA segala pemilik kehidupan.

Tak pernah terbayangkan rasa bimbang yang dirasakan di kala Engkau justru tahu batas sisa umurmu. Bukan sekedar diagnosa dokter semata yang kala meleset. Ketika akan tiba masa tak lagi dapat bersentuhan dengan orang-orang yang kamu sayangi, menatapnya serta melihatnya tersenyum bersamamu akan menjadi suatu harapan yang tidak ingin untuk ada kata akhir. Menjalani sisa kehidupan dengan hari-hari bersama orang yang di sayangi, keluarga anugerah harta tak ternilai yang pernah di miliki dalam kehidupan.

Memaafkan orang yang pernah menyakiti dan meminta maaf kepada mereka yang mungkin terlukai. Manusia hidup di dunia tak akan pernah lepas dari khilaf serta kesalahan. Setidaknya itu yang akan membuat jalan di alam berbeda nanti lebih di mudahkan.

“Waktumu tidak kurang dari 3 hari lagi. Apa masih ada yang ingin Engkau lakukan ?” tanya sosok itu

“Aku ingin melihat alam yang indah ini sebagai wujud rasa syukur bahwa aku pernah ada di dunia dengan pesona keindahan ciptaan-Nya” pandanganku menerawang

“Lakukanlah..apa yang Engkau ingini”

“Tapi, mana mungkin. Waktuku begitu singkat”

“Kemauan yang kokoh akan membawamu ke tempat yang Engkau ingini. Bukankah Engkau pernah membaca sebuah kisah, di kala seorang yang berpenyakit parah dan diagnosa dokter memperingatkannya untuk beristirahat total. Namun ia menghargai sisa usianya yang menurut diagnosa sangatlah singkat, tetapi orang tersebut melanggar perintah dokter dengan mewujudkan harapan dan inginnya. Hingga kemudian diagnosa dokter tersebut meleset dan orang tersebut memiliki kesempatan lebih untuk menjalani hidupnya.”

Pada hakikatnya sebuah penghargaan untuk nikmat hidup yang di berikan adalah rasa syukur atas apa yang telah ada saat ini. Tuhan telah mengaturnya dengan sempurna sejak ruh di tiupkan dalam kandungan dalam rahim seorang ibu.

Menyambut kematian dalam khusnul khatimah tentu menjadi impian setiap insan di dunia, di sekelilingi orang-orang terkasih yang harus rela melepas kepergianmu namun tidak untuk melupakanmu.

21 komentar:

  1. hidup dan mati seperti dua mata koin yang berhadapan. keduanya tidak bisa bersamaan. hidup menuju mati dan mati untuk kembali hidup di lain alam

    BalasHapus
  2. Ngga' berani membayangkan, kematian=kepastian.

    BalasHapus
  3. tidak ada yang pasti di dunia ini kecuali mati. dan semoga kelak saat Dia memanggil kita kembali, kita dalam kondisi khusnul khatimah ya mbak. Aamiin.

    @Penovediah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiin, ya..Allah. Semoga kita kembali dalam keadaan yg di ridhaiNYA

      Hapus
  4. mati adalah sesuatu yang pasti yah Mbak Siti, semoga kita menjadi orang-orang yang meninggal dalam keadaan khusnul khotimanh, amin..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiin, tentu itu menjadi harapan bagi setiap muslim

      Hapus
  5. merinding mbak. somehow we will die.

    BalasHapus
  6. Aku jadi ingat sebuah film tentang gadis yang divonis meninggal dan harus banyak beristirahat. DIa ingin melihat dunia sebelum meninggal, mengabaikan perintah dokter. Pergi ke satu tempat setara dgn seluruh dunia jika waktu hidup tak banyak. Dia memang meninggal, tetapi dia bahagia dan serasa menggenggam dunia.
    Nice post, nice cerpen juga. Bida dilanjut sampai benar2 tuntas

    BalasHapus
    Balasan
    1. sengaja dgn ending yg sedikit gantung untuk memberikan kesempatan pembaca mengasumsikan sendiri. saya pernah baca beberapa buku dg jenis seperti ini pun di favoritkan :)

      Hapus
  7. Jadi, apa yang dilakukan Si Aku ini? Penasaran

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pembaca berhak mengasumsikan ending apa yg di harapkannya :)

      Hapus
  8. cerpennya bikin merinding, jadi inget bahwa kematian bisa datang kapanpun tanpa pernah kita sadari.
    di tunggu kelanjutannya ya kak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih utk apresiasinya, masih banyak kekurangan sebenernya karena sempat hiatus menulis cerpen

      Hapus
  9. Terimakasih tulisannya Mba, Melimpah berkah segala urusannya,, aamiin

    BalasHapus
  10. insha allah bisa semakin baik kalau terus mengingat kematian yang sudah dekat ini.. amiin

    BalasHapus