Laman

Sabtu, 26 Maret 2016

Jejak Kisah Laskar Gerhana : Keajaiban Alam Di Sudut Indahnya Belitung ( II )

Melanjutkan kisah perjalanan berikutnya, menjejak langkah sebagai laskar gerhana. Sekitar pukul 01.30 dini hari kami sudah bersiap untuk menuju dermaga dimana kapal Bakamla bersandar. Rasa kantuk dan udara dingin pagi itu tidak menyurutkan semangat teman-teman laskar gerhana lainnya.


Sekitar pukul 02.30 dini hari, kapal yang membawa kami pun mulai berjalan menyusuri perairan Belitung Selat Gaspar. Setalah pengenalan dengan beberapa awak kapal kami tim laskar gerhana pun di persilahkan untuk melihat-lihat kabin kapal. Wah, sebuah keberuntungan bagi kami dapat menelusuri kapal milik angkatan laut negara.

Menjelang subuh, rona-rona lembayung fajar mulai muncul membiaskan warna kuning ke emasan yang menawan. Suasana alam yang indah seperti demikian membuat takjub dan membuat beberapa tim laskar gerhana antusias membidiknya melalui lensa kamera.

Usai shalat subuh kami semua berkumpul  untuk bersiap dan menjadi saksi terjadinya gerhana matahari total. Telah di datangkan pula seorang ustad yang mengimami untuk shalat gerhana bersama. Detik-detik terjadinya fenomena alam langka tersebut tak henti hati berikrar memuji kebesaran kuasa Ilahi. Subhanallah, Allahuakbar, La ilahailallah kalam-kalam ilahi mengalir dalam sanubari. Korona matahari mulai nampak dalam beberapa saat langit menjadi gelap,angin pun berhembus menggiring nuansa yang lain dari biasanya. Takjub dalam kekuhusyuan menyaksikan kebesaran atas ciptaan-Nya. Tidak lupa para laskar gerhana dan tim detik mengabadikan moment langka tersebut tersebut termasuk beberapa para awak kapal.

Penyambutan dari Badan Angkatan Laut kepada kami sungguh luar biasa, selain diberi kesempatan berkeliling serta mengenal area kapal kami pun di suguhkan makanan yang cukup lezat. Setidaknya mengurangi rasa mual dari terobang-ambingnya di perairan Selat Gaspar. Sekitar pukul 9 pagi kami pun melanjutkan aktivitas lainnya. Island hopping menuju Pulau Lengkuas dengan icon-nya yang menjulang tinggi mercusuarr dari kejauhan  telah mencuri perhatian kami untuk segera tiba di pulau yang indah tersebut.

Setelah beralih ke kapal kayu kami pun tiba di Pulau Lengkuas, pasir putih halus dan perairan yang bening sungguh mempesona. Suasana pulau kala itu cukup ramai oleh para wisatan asing dan wisatawan lokal. Setelah menyeruput segarnya air kelapa, beberapa tim laskar gerhana dan tim detik tidak membuang kesempatan menelusuri keindahan bawah laut Pulau Lengkuas.


Memang tidak dapat terbantahkan perairan bawah laut Pulau Lengkuas sungguh indah dengan terumbu karang dan ikan-ikan berenang cantik menemani para penikmat wisatawan snorkling dan berenang di perairannya. Saya pun sempat berkeliling pulau yang luasnya hanya beberapa hektar. Berjalan melompat dari batu granit satu ke batu granit berikutnya melihat keindahan pulau Belitung dengan menara dari segala sudut berbeda. Sempat menelusuri ke belakang pulau dengan di temani mba Fini saya mendatangi lokasi yang dinamakan Hutan Asmara. Diliputi rasa penasaran saya sempat memasuki area hutan yang ternyata hanya berisi jalan setapak dengan batu granit yang berlumut. Usut punya usut hutan tersebut tidak ada legenda khusus mengapa dinamakan Hutan Asmara, menurut pernyataan mba Fini tempat tersebut dinamakan demikian hanya karena sering menjadi lokasi muda-mudi bertemu.

Saat itu saya dan Mba Fini pun sempat ingin masuk ke lokasi mercusuar namun tidak mendapat perizinan dari yang menjaga karena katanya mercusuar tersebut baru saja di renovasi dan saat kedatangan kami sedang dalam masa peralihan untuk lebih baik lagi. Sangat disayangkan saya belum berkesempatan melihat keidahan area Pulau Lengkuas dari atas ketinggian.

Destinasi berikut yang kami kunjungi adalah Pulau Kelayang, yang menjadi tempat kami bersantap siang pula. Hanya ada satu rumah makan di sana dan cukup ramai di padati wisatawan, letaknya pun di tepi laut  berupa bangunan kayu dibuat terbuka sehingga mempunyai pemandangan ke laut lepas. Menu yang disediakan kebanyakan makanan sea food yang memang mendominasi kuliner khas Belitung. Ketika mendekati pantai, Batu-batu granit besar masih mendominasi area pulau, terlihat pula batu-batu karang terhampar di airnya yang dangkal menjadikan warna air laut disekitar Pulau Kepayang berwarna hijau. Godaan pantai eksotis yang terbilang kecil ini sangat kuat membuat siapapun ingin berjalan menelusuri pulau. Kabarnya di Pulau ini juga ada penangkaran penyu, namun sayang saya dan beberapa yang lain tidak sempat mengunjunginya.


Pulau kelayang menjadi destinasi terakhir yang kami kunjungi, namun tim detik mempersilahkan kami jika ingin melanjutkan ke destnasi berikutnya. Sebagian memutuskan kembali ke penginapan, sebagian lagi memutuskan mengejar matahari senja ke pantai tanjung tinggi lantaran di hari sebelumnya belum puas mengeksplore eksotiknya pantai yang menjadi area syuting laskar pelangi dikala senja hari.


Berpisah dengan tim di pantai Kelayang, lokasi yang menjadi terminal perahu untuk menyebrang ke berbagai pulau. Kami para pengejar sunset tidak ingin lama menyiakan waktu yang cukup singkat, sebelumnya ingin melihat-lihat dahulu pameran yang ada di sekitar pantai Kelayang namun rupanya agenda sudah usai. Akhirnya kami pun memutuskan untuk segera melanjutkan ke Pantai Tanjung tinggi, di perkirakan kurang lebih 30 menit kami sampai di lokasi.

Setibanya kami pun segera mengeksplore lokasi yang belum sempat di kunjungi di hari sebelumnya. Ada prasasti Laskar pelangi, dan pemandangan indah dari sudut berbeda. Melihat kondisi batu granit mengingatkan saya pada panorama pantai miami di sebuah situs travel yang pernah saya baca, ternyata Indonesia memiliki keindahan yang tak kalah mempesona.

Matahari segera beralih, kami pun mencari spot menarik untuk melihat keindahan lembayung senja. Dan ternyata bukan kami saja, beberapa pecinta fotografi pun tak ingin menyiakan moment mentari terbenam di bumi Belitung. Keindahan senja membuat penikmatnya menerawang pada garis lembayung memberi rasa damai dengan semilir irama debur-debur ombak ketika rona bias matahari berarak meninggalkan singgasananya bagai permadani tak bertepi hamparan sinar jingga berpadu menyambut malam.

Setelah menikmati Senja di Belitung, kami pun bergegas menyusul tim yang lain untuk makan malam bersantap makanan khas daerah tersebut yang kabarnya sudah lama terkenal sejak lama karena olahan yang khas yakni Mie Atep. Sudah berdiri sejak tahun 1973, bahan mie diolah langsung dengan buatan tangan sendiri dan pelengkapnya adalah minuman jeruk kunci.


Perjalanan pun berakhir di pusat oleh-oleh, dan disini akhirnya tim laskar gerhana dan detik berpisah. Selain karena penginapan yang berbeda, untuk flight penerbangan tim panitia harus kembali lebih dahulu dari peserta. Dan Esoknya kami yang mendapat jadwal penerbangan sore hari masih memiliki kesempatan untuk mengeksplore lokasi unik lain di Belitung dan tentu saja kami tidak akan menyiakan hal tersebut.

1 komentar: