Laman

Jumat, 11 Desember 2015

Hati-hati !! Mendaki Gunung itu Membuat Candu

Tanggal 11 Desember di tetapkan sebagai hari gunung international atau International Mountain Day oleh lembaga PBB sejak tahun 2003. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan kesadaran tentang pentingnya pegunungan bagi kehidupan, dengan menyoroti segala peluang dan kendala yang akan membawa perubahan positif pada pegunungan dan dataran-datarang tinggi di dunia.

Nah, di hari gunung international saya ingin membuat sebuah catatan kecil pendapat saya mengenai pendakian gunung. Saya mah, apalah-apalah hanya penikmat alam yang telah jatuh cinta pada pemandangan indah kawasan pegunungan. Untuk di sebut pendaki, rasanya masih jauh dari layak karena langkah kaki yang kadang bak keong dan membuat saya sering ketinggalan rombongan. 

Mungkin jika saya ceritakan tidak ada yang mempercayai kalau saya ini sebenarnya fobia ketinggian, bagaimana tidak berdiri di pinggiran lantai 3 sebuah mall saja bisa membuat kaki saya gemetar. Lalu yang membuat saya akhirnya menggemari kegiatan pendakian gunung selain karena memang sudah sejak lama saya ingin sekali merasakan sebuah kegiatan yang dahulu masih di pandang ekstrim ini ( walau sekarang gunung tak ubahnya pasar karena saking ramainya ) saya lebih menyukai udara yang sejuk, bau rerumputan terbasahi embun dan ini pada akhirnya membuat saya semakin jatuh hati ketika bisa menatap dengan mata dan kepala sendiri keanggunana samudera awan berpadu sinarnya mentari pagi. Aduhai, sungguh cantik dan mempesona, "Allah lukisan alam-Mu adalah sebuah keindahan yang tidak terbantahkan."
Sunrise Mt.Guntur - Garut
Hati-hati !! bagi yang belum pernah dan ingin mencoba sebuah pendakian sebaiknya di urungkan sebelum semuanya kian terlambat. Ya, karena mendaki gunung itu menimbulkan candu, hal itu jelas saya dan beberapa teman rasakan. Selalu ada sebuah kerinduan ingin lagi kembali, walau entah apa yang sebenarnya di cari. Yang kami rasakan adalah sebuah kenikmatan membiaskan rasa syukur atas keberkahan maha karya sang ilahi.

Masih ada yang memandang bahwa mendaki gunung itu hanya perbuatan sia-sia , cape-capein diri membawa beban berat mendaki ke ketinggian untuk kemudian turun lagi, mereka yang berkata demikian tidak bisa memahami apa yang dirasakan oleh seorang yang pernah mendaki, karena perasaan yang luarbiasa itu hanya bisa benar-benar dirasakan oleh mereka yang telah mendaki gunung.

Menurut saya, berpadu bersama alam memberikan kita banyak pelajaran untuk lebih sensitif terhadap lingkungan. Tengoklah kepada mereka yang benar-benar melangkah tidak sekedar pamer semata, mereka rela melangkah, merayap, duduk dan berbaring hanya untuk merasa lebih dekat dengan bumi tanah air serta penciptanya. Mendaki gunung itu selayaknya filosofi sebuah kehidupan, tidak mudah untk mencapai puncak tertinggi hanya mereka yang sungguh-sungguh dan tangguh meleawati segala rintang berhasil meraih impiannya meskipun beberapai kali terjatuh tidak pantang menyerah untuk kembali berdiri.

Mendaki gunung itu adalah kebersamaan, persaudaraan, dan saling ketergantungan antar sesama. Dan tidaklah mudah untuk bisa menjadi salah satu dari mereka. Karena di butuhkan orang-orang yang memiliki perasaan yang sama tentang alam semesta, yaitu cinta.

Ketika seseorang telah berhasil mendaki ke puncaknya dimana kaki berpijak, terdapat tempat yang penuh kedamaian. Seseorang pun akan merasa dekat sekali dengan Tuhan, sehingga menundukkan kepala untuk bersujud dengan hatinya sekaligus. Disana pula pembuktian diri, tentang sebatas mana kita bertekad. Tentang bagaimana kita bisa melepaskan keegoisan diri dan sifat manja, menjadi seorang yang mandiri dan percaya dengan kemampuan diri sendiri. Bahkan kita pun akan tahu alasannya mengapa kita hidup dan tujuan kita hidup di dunia ini.

Perlu di perhatikan mendaki gunung itu bukan kegiatan yang di lakukan secara asal-asalan karena hal-hal berbahaya bisa terjadi kapan saja. Butuh banyak persiapan  seperti kemantapan mental dan fisik, menjaga perilaku juga ucapan serta perlengkapan ketika di alam bebas.

Allah mengajukan suatu anjuran supaya manusia berjalan mengunjungi tempat-tempat lain seraya memperhatikan dan memikirkan betapa Allah menciptakan makhluk-Nya. Perhatikanlah susunan langit dan bumi serta ribuan bintang yang gemerlapan, sebagian ada yang tetap pada posisinya, tetapi berputar pada garis orbitnya. Demikian juga di bumi, gunung-gunung dan daratan luas yang diciptakan Allah sebagai tempat hidup. Beraneka ragam tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan, sungai dan lautan yang terbentang luas betapa indah Allah menciptakan semesta alam.
 
"Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Allah mengazab siapa yg dikehendaki-Nya dan memberi rahmat kpd siapa yg dikehendaki-Nya, dan hanya kpd-Nya-lah kamu akan dikembalikan. (QS:Al-Ankabut/29:20-21)

29 komentar:

  1. Mendaki gunung memang bikin kecanduan ya mba :)
    ya sih sekarang kebanyakan yang naik gunung itu malah tidak bisa menghargai alamnya buang sampah sembarangan percis kaya di pasar deh :)
    sip lah hebat eum mba siti suka naik gunung :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hal itu ga bisa di pungkiri, pasti bakalan nagih pengen liat keindahan alam dari ketinggian
      Iya,sedih semakin banyak vandalisme

      Hapus
  2. Saya belum berani mba... Naik gunung takut jarang dirumah :D

    BalasHapus
  3. Saya belum berani mba... Naik gunung takut jarang dirumah :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahah..pasti ada ko masa nya melewati hari hanya di rumah

      Hapus
  4. manteeeeep, saya juga ketagihan mbak meski belum pernah mendaki gunung baru ke bukit sikunir aja :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah..itu udah pemanasannya tuh, knp ga mampir ke prau sekalian :)

      Hapus
  5. aku dulu banget pernah naik gunung...sekarang wes dak pernah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Se tdknya ada pengalaman yg bisa di bagi mba. Hayuu saling berbagi :D

      Hapus
  6. Mba Siti keren udah naik gunung banyak gitu :). Aku sendiri belum pernah naik gunung. Pengen sih tapi banyak tapinya. Kalau lihat berita di tipp-tipi sekarang yang naik gunung beritanya suka negatif. bukannya menikmati keindahan alam malah terkadang merusak alam. Sekedar buat foto gaya-gayaan. Menyisakan sampah, bikin kebakaran :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ihh..saya mah apa atuh masih kelas newbie
      Iy,,efek film 5cm tp kesadaran menghargai alam msh sangat kurang

      Hapus
  7. Aku belum pernah naik gunung. Pingin banget deh. :( Gak boleh ma suami

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ga apa mba, Indonesia bnyk tmpt indah yg bs di eksplore

      Hapus
  8. saya belum pernah Mbak. pernah dulu tertarik sama kegiatan seperti ini, tapi sama teman-teman dilarang soalnya badan saya kerempeng. daripada jadi masalah, gitu kali ya mereka pikir. hihihi...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekarang banyak dg tubuh ga berisi bisa menimati kegiatan alam yg cukup ekatrim, selama sehat saya rasa sih bukan masalah

      Hapus
  9. secandu apapun kalau bokek, ya mau apa hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahah,,lakukan perjalanan yg irit biaya & nabung pastinya

      Hapus
  10. Alhamdulillah dah pernah menikmati view Negeri di atas awan di atas gn. Lawu. Waktu masih muda, sekarang mah dah ga sanggup dah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaah..lawu saya malah blm pernah. Pengen ke sana suatu hari nanti

      Hapus
  11. Waduh, baca tulisan mbak jadi kangen waktu masih muda.. pingin coba naik gunung dah sambil gendong anak.. gunung mana ya yang relatif aman untuk pemula?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Udah banyak mas yg bawa keluarga utk eksplore gunung
      Papandayan saya rasa relatif cukup aman utk bs bawa anak kecil

      Hapus
  12. wah keren dah mbak yang satu ini smeoga puncak" gunung makin buat iman bertambah mbak....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aaamiiin. Seperti itu lah saya rasakan. Terasa dekat sekali dg Tuhan & takjub keindahannya yg sempurna

      Hapus
  13. Naik gunung memang selalu bikin kangen. Duh, sudah lama rasanya nggak ngerasain hawa dingin.

    BalasHapus
  14. Waaahh kereen, aku baru 2 kali naik gunung mbak. gede dan ijen. Itupun kalo mendaki ijen bisa disebut mendaki :P

    Candu sih iya, jadinya entah kenapa sejak saat itu jadi seneng banget jalan-jalan ke gunung. Tapi kapok juga ya, soalnya alamak capek banget XDDDD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah..persis kaya yg saya rasain. Kalo di jalur tuh rasanya pengen nyerah..tp klo udah turun gunung,,bakalan kangen nge track lg

      Hapus
  15. Ane belum pernah sekalipun mendaki gunung mbak :-O
    penasaran juga bagaimana sensasinya.. tapi kurang tau kalau mau muncak persiapanya apa aja :D Hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa dicoba sekali2 mas.utk bisa di ceritakan ke anak cucu nanti. Utk persiapannya sudan bnyk ulasannya di 'mbah' google

      Hapus