Laman

Jumat, 16 Januari 2015

Libur Tahun Baru Ke Taman Wisata Alam Hutan Mangrove

Perjalanan kali ini lanjutan dari cerita melewatkan malam tahun baru seperti yang sudah saya tuliskan diposting sebelumnya. Saat itu masih pagi hari, kami keluar dari area masjid Baitul Ikhsan dan menyusuri jalan menuju shalter busway Bank Indonesia.

Ah...jarang sekali bisa menikmati jalan ibu kota yang damai seperti saat itu. Tanpa banyak kendaraan lalu lalang dan bukan pula car free day. Kami segera naik busway menuju kawasan kota dan menunggu teman lainnya. Setelah sudah lengkap, 6 orang kami melanjutkan perjalanan dan turun di shalter busway Pluit. Setelahnya kami naik angkutan umun kwk B-01 di pertengahan jalan mobil hanya terisi oleh kami dan akhirnya kami memutuskan utk chater saja setelah tawar menawar disetujui /org kami dikenakan Rp 10.000 karena untuk menuju lokasi cukup jauh dan tidak ada akses kendaraan publik yang melintas.

Setelah sempat bertanya-tanya akhirnya kami tiba di depan gerbang wisata Alam Hutan Mangrove. Lokasi tempat tepat berada di belakang bangunan megah yayasan bunda suci. Untuk HTM/org dikenakan Rp 25.000, naik per juli 2014 dari yang sebelumnya hanya Rp 10.000.

Karena kami tiba menjelang zuhur, akhirnya kami singgah sebentar utk menunaikan shalat terlebih dahulu sembari menikmati pohon-pohon mangrove di sekitarnya.

Usai menunaikan shalat kami segera menuju kawasan wisata alamnya yang menawarkan pohon mangrove yang dibudidayakan sebagai wisata alam yang go green. Sebelumnya kami melewati pos pemeriksaan tiket dan barang bawaan. Di kawasan ini memang melarang membawa kamera baik pocket,pro,maupun yang profesional karena jika ketahuan melanggar akan mendapat denda dan sanksi.juga dilarang membawa makanan dan minuman.

Taman Wisata Alam Mangrove memiliki luas wilayah 99,82 HA yang didominasi lahan basah dengan vegetasi utama mangrove. Sebelumnya kawasan ini berupa tambak dan revolusi juga rehabilitasi dengan tanaman mangrove sekitar 40%.

Mangrove yang ditanam di kawasan ini antara lain bakau besar, bakau merah/ slindur,tancang,serta api-api. Kawasan ini dikelola oleh swasta yang juga menyediakan paket penginapan dan rekreasi keluarga pun ada pula wisata menanam mangrove dimana paket /orang dikenakan Rp 150.000, jika ingin menambah nama biaya menjadi Rp 500.000.

Kami berjalan hingga ke ujung arah pantai yang nyatanya jauh dari apa bayangn kami sebelumnya. Pemandangan lebih mirip seperti tambak atau danau-danau kecil. Karena hujan sempat turun cukup deras kami berteduh di pendopo di tempat itu, perjalanan kami hari itu di iringi hujan yang kerap kali turun. Sayang sekali kawasan wisata ini sangat kurang terjaga faktor kebersihannya karena diberbagai tempat banyak kami jumpai sampah-sampah snack yang berserakan. (entah, mungkin di selinapkan sehingga lolos dari pemeriksaan yang pada akhirnya sampah ditinggalkan oelh orang-orang tidak bertanggung jawab)

Menjelang sore kami keluar dari kawasan, beruntung kami sempat meminta kontak sopir angkot sebelumnya dengan tarif sama seperti keberangkatan. Dan terbukti angkutan umum itu bertambah penumpang dari yang sebelumnya hanya kami berenam.

Perlu disadari betapa banyak manfaatnya keberadaan hutan mangrove ini, alangkah lebih bijak jika para pengunjung kemanapun hendaklah menjaga kebersihan lingkungan. Keberadaan mangrove cukup tinggi peranannya dalam mendukung dan keberlangsungan proses ekologi, geomorfologi, bahkan geologi. Mari bersama-sama untuk menjaga hijau nya bumi, terlebih kita tahu cuaca yang tidak menentu bahkan terkadang ekstrim itu akibat pemanasan global dimana lapizan ozon semakin menipis. Salah satu penyebabnya karena 'paru-paru' dunia yakni hutan-hutan lebat di berbagai negara telah banyak yang gundul akibat ulah tangan manusia yang tidak bertanggung jawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar