Laman

Jumat, 10 Oktober 2014

Cerita Perjalanan Dieng - Prau ( I ) : Simfoni Negeri Di Atas Awan

Akhirnya terpenuhi sudah janji saya terhadap seorang kawan "nanjak" bareng meskipun sudah sering kali ia mengajak serta namun apa daya office hour saya tidak seperti kebanyakan orang dimana weekend 2 hari benar-benar libur.
Selain saya memang mengidamkan sekali untuk bisa menginjakan kaki di Prau-Dieng, tapi juga melepas rasa kecewa karena rencana sebelumnya yang batal disebabkan sakit tak terduga. Oke lha ga usah berpanjang lebar, berikut sekelumit perjalanan saya dan kawan-kawan yang lain serta pengalaman menjelajahi negeri diatas awan.

Bersama tim yang dinamai "pendaki kocak" dan teman memang telah lama tergabung di dalamnya kami sebanyak 12 orang menuju Dieng, Wonosobo. Selapas maghrib bus meninggalkan terminal kampung rambutan. Perjalanan yang panjang sekitar kurang lebih empat belas jam lumayan membuat badan pegal-pegal kelamaan terduduk walaupun beberapa kali singgah bus tetap saja rasa pegal itu ga bisa di sembunyikan.

Ya, singkat cerita sekitar pukul 08.00 pagi kami tiba di daerah Banjar Negara berbatasan dengan Wonosobo, dan disana kami sudah di jemput guide yang akan menemani perjalanan selama di Dieng. Menggunakan angkutan umum semacam ELF yang telah disediakan oleh guide tersebut. Selama perjalanan menuju destinasi pertama kami yakni ke Candi Arjuna yang merupakan salah satu gugusan dari 4 candi Dieng, tempat yang beberapa bulan lalu menjadi lokasi terpadat karena acara budaya Dieng Culture Festival. Didalam ELF benar-benar full musik dan banyak canda tawa tapi saya lebih banyak diam (maaf saya memang suka seperti itu dengan orang-orang yang baru di kenal, agak canggung). Pada dasarnya mereka cukup welcome dengan saya sebagai anggota baru saat itu.

Mengintip informasi sejarah Candi-Candi Dieng merupakan kumpulan candi yang terletak di kaki pegunungan Dieng, Wonosobo, Jawa tengah. Kawasan Candi Dieng menempati dataran pada ketinggian 2000 m di atas permukaan laut, memanjang arah utara-selatan sekitar 1900 m dengan lebar sepanjang 800 m.Kumpulan candi Hindu beraliran Syiwa yang diperkirakan dibangun antara akhir abad ke-8 sampai awal abad ke-9 ini diduga merupakan candi tertua di Jawa. Candi Dieng terbagi dalam 3 kelompok dan 1 candi yang berdiri sendiri yang dinamakan berdasarkan nama tokoh dalam cerita wayang yang diadopsi dari Kitab Mahabarata. Ketiga kelompok candi tersebut adalah Kelompok Arjuna, Kelompok Gatutkaca, Kelompok Dwarawati dan satu candi yang berdiri sendiri adalah Candi Bima.

Dari kesekian banyaknya Candi Arjuna lah yang sering menjadi icon wisata kota Dieng, selain lokasinya yang cukup startegis kawasan ini pun menyuguhkan panorama alam yang indah dan menyegarkan mata. Diresmikan pada 28 Juli 2008 Oleh Ir. Jero Wacik, SE selaku menteri kebudayaan dan pariwisata kala itu  kawasan candi arjuna terakhir dilakukan purna pugar terakhir.

Setelah mengunjungi Candi Arjuna dan mengisi perut yang belum terisi semanjak semalam perjalanan kami dilanjutkan ke kawasan telaga warna. Saat itu kami melewati gapura yang bertuliskan Wana Petak 9 Dieng, lokasi yang agak sunyi dan perjalanan yang menanjak serasa seperti pemanasan sebelum menanjak sungguhan ke Prau. Jika saya bisa sebutkan mungkin lokasi yang kami kunjungi itu semacam bukit.

Namun, Subhanallah saat kami berhasil menuju lokasi teratas kami bisa melihat keindahan kawasan Telaga Warna yang indah dan mempesona. Perpaduan warnanya yang sempurna sungguh membuat takjub mata memandangnya.

Fenomena alam di Telaga Warna adalah berupa pergantian warna air dari telaga tersebut. Kadang, telaganya berwarna hijau dan kuning atau berwarna-warni seperti pelangi. Secara ilmiah pergantian warna di Telaga Warna karena di dalam air tersebut terdapat kandungan sulfur cukup tinggi. Sehingga saat sinar Matahari mengenainya, maka warna air telaga nampak berwarna-warni.

Setelah dirasa cukup menikmati pemandangan indah Telaga Warna, destinasi kami selanjutnya adalah Kawah Sikidang. Penduduk setempat mempercayai legenda yang melatar belakangi tempat wisata ini berhubungan dengan asal muasal anak-anak Dieng yang berambut gimbal.

Area vulkanik seluas 200m terletak di kawasan yang cukup datar sehingga pengunjung dapat melihat gelagak lumpur kawah dari dekat. Kawasan ini disertai semburat air mendidih berwarna kelabu dan hal menarik lain disatu sudut ada seorang penduduk yang menawarkan jasa memasak telur dengan air kawah. Meskipun memiliki kadar belerang yang cukup rendah jika saya boleh menyarankan alangkah lebih baik tetap menggunakan masker, karena organ tubuh dalam manusia pun tidak baik menghirup uap belerang terlalu banyak. Tekstur tanah dan suasana Kawah Sikidang mengingatkan saya perjalanan semasa Ke Papandayan, kurang lebih hampir serupa. Meskipun gerimis sempat turun, syukur Alhamdulillah tidak sampai hujan lebat sehingga perjalanan dapat kami lanjutkan.

Kami tidak lama menghabiskan waktu di sana, perjalanan di lanjutkan untuk persiapan summit gunung prau. Meskipun sempat terjadi silang pendapat. Akhirnya kami memtuskan untuk menanjak melewati jalur Dieng, dibanding jalur petak banteng informasi yang kami dapat track Dieng setidaknya jauh lebih bersahabat dan ternyata tidak sedikit yang melewati jalur tersebut.
 
Dieng berada di ketinggian 2093 meter sehingga sering dikenal dengan sebutan negeri di atas awan. Kunjungan kami saat itu baru memasuki zona wisata Dieng 1 dan itupun belum semua tereksplore masih ada  bukit sikunir yang menyajikan Golden sunrise,Batu Pandang,curug sikarim, bukit ratapan angin dan lainnya.Selain itu ada juga Dieng 2 yang meliputi Kawah Candradimuka, Telaga Mardada, curug Sirawe, Telanga Dringo yang sering di sebut "ranukumbolo nya Dieng" dan lain-lain.

Sungguh tak akan pernah menyesal untuk mengunjungi Dieng, yang lagi-lagi tak akan bosan saya menyebutnya salah satu potongan surga Indonesia. Udaranya yang sejuk, bersih serta tanahnya yang subur sungguh menjadi nilai plus tersendiri suatu anugerah Tuhan terhadap negeri khatulistiwa ini.

* To Be Continue . . . . .

11 komentar:

  1. Waah, jadi penasaran pengen ke sana niih. hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. ayoo..ayoo..berkunjung k sana,,dijamin ga akan nyesel :)

      Hapus
    2. Wah wah makin penasaran ajaa.. Harus dicoba niih :)

      Hapus
    3. iyaps..segera masukan dalam daftar kunjungan :D

      Hapus
  2. asiiknya, saya belum pernah kesana...

    BalasHapus
    Balasan
    1. ehm..mesti masuk dalam list kunjungan harusnya, satu sudut keindahan negeri :)

      Hapus
  3. wah jadi pengen ke sana lagi , tempat yang memang menyenangkan

    BalasHapus
  4. Balasan
    1. Iya mia..share cost sama temen2, udah tiket masuk wisata,guide dan transport disana juga logistik selama ngecamp

      Hapus
  5. bikin penasaran. Lanjut ke cerita berikutnya, ah :)

    BalasHapus