Laman

Rabu, 09 Februari 2022

Aksi Bersama Cegah Stunting dan Obesitas

Sampai saat ini permasalahan seputar stunting  masih menjadi hal yang belum selesai di Indonesia dan bahkan menjadi fokus secara global, Badan Kesehatan Dunia (WHO). Agar selalu menjadi pengingat dalam mewujudkan kepedulian dan meningkatkan komitmen dari berbagai pihak, khususnya perhatian bagi masyarakat serta kepedulian akan gizi yang diperoleh maka setiap tanggal 25 Januari ditetapkan sebagai Hari Gizi Nasional. Dalam peringatan Hari Gizi Nasional ke-62 mengangkat tema "Aksi Bersama Cegah Stunting dan Obesitas"

Sejalan dengan rangkaian kegiatan Hari Gizi Nasional 2022 yakni  diselenggarakan Webinar "Cegah Stunting Selalu Penting" yang berlangsung pada tanggal 3 Februari 2022 lalu. Menghadirkan beberapa narasumber yang memaparkan berbagai informasi serta beragam langkah preventif  untuk bersama melakukan upaya penurunan stunting.

Gizi yang baik menjadi pondasi penting bagi tumbuh kembang optimal anak, tetapi nyatanya kondisi saat ini masih banyak anak tidak mendapatkan asupan gizi baik sehingga terjadi stunting. Pada anak stunting secara kognitif terjadi gagal tumbuh, hal ini ditunjukan dengan tinggi badan pendek, perkembangan intelektual terhambat. Bahkan jika tidak segera teratasi, dalam jangka panjang bisa berdampak pada gangguan metabolik seperti meningkatkan risiko obesitas, diabetes, stroke, jantung.

Upaya menurunkan jumlah kasus stunting masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi Indonesia. Pemberantasan stunting ini menjadi usaha yang berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas SDM di masa mendatang. Tujuannya tak lain agar Indonesia dapat menghasilkan banyak SDM unggul yang memiliki daya saing yang berkualitas bahkan secara global.

Webinar Hari Gizi Nasional 2022

Menurut Direktur Gizi Masyarakat, Kemenkes, Dr. Dhian Dipo, SKM., MA, mengatakan pencegahan stunting masih menjadi fokus, pemerintah dengan membuat strategi dan berbagai program. Berdasarkan survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, prevalensi stunting di Indonesia sebesar 24,4 persen. Angka ini masih jauh dari angka prevalensi yang ditargetkan RPJMN 2020-2024, yakni 14 persen.

Sementara itu, hasil dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2018 prevalensi obesitas pada Balita sebanyak 3,8 persen dan obesitas usia 18 tahun ke atas sebesar 21,8 persen . target angka obesitas di tahun 2024 tetap sama 21,8 persen, upaya diarahkan untuk mempertahankan obesitas tidak naik. Bisa dikatakan ini adalah upaya yang sangat besar dan tidak mudah tentu saja.

Oleh karenanya diperlukan penanganan yang cukup serius terkait stunting dan obesitas ini. Hal mendasar adalah perbaikan gizi yang lebih diarahkan pada pemenuhan gizi seimbang dan tentunya berlaku pada semua kelompok umur. Bisa dilakukan dengan mengkonsumsi aneka ragam makanan, membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat, mempertahankan berat badan normal, dan melakukan aktivitas fisik.

Saat ini Kementerian Kesehatan berfokus pada remaja dan 1000 hari pertama kehidupan dengan tujuan memperkuat intervensi dan melakukannya secara spesifik untuk melaksanakan Penerapan gizi seimbang.

  1. Promosi dan konseling pemberian makan bayi dan anak (PMBA)
  2. Promosi dan konseling menyusui
  3. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak
  4. Pemberian suplemen tablet tambah darah (TTD) bagi ibu hamil dan remaja serta pemberian vitamin A
  5. Penanganan masalah gizi & pemberian makanan tambahan
  6. Tatalaksana gizi buruk.

Ibu Ida Gunadi Sadikin selaku penasihat DWP (Dharma Wanita Persatuan) Kemenkes turut merasa prihatin karena masih tingginya kasus stunting di Indonesia. Beliau mengungkapkan "Disamping pemenuhan gizi yang seimbang, edukasi gizi juga menjadi hal sangat penting karena diharapkan dapat memberi pengetahuan dan pemahaman ibu dalam Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA)."

Pencegahan stunting dan obesitas sejak dini, dalam hal ini ibu memiliki peran penting dalam menentukan makanan pada saat hamil dan pemberian gizi serta pola asuh pada anak setelah lahir. Tapi perlu di ingat, permasalahan stunting tak hanya menjadi tanggung jawab individu atau calon orang tua, namun juga harus melibatkan lintas sektor instansi atau Lembaga pemerintah, termasuk masyarakat secara luas.

Aksi Bersama Cegah Stunting dan Obesitas

Dalam webinar saat itu narasumber pertama adalah Ibu Ninik Sukotjo dari UNICEF yang membahas 'Pemberian Makan Bayi dan Anak Optimal untuk Cegah Stunting'. Stunting meningkat secara cepat pada rentang usia 6-23 bulan. Itulah mengapa PMBA penting dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan. 

Kebutuhan gizi anak usia 0-23 bulan sangat tinggi, dimana saat itu periode pertumbuhan pesat, pertumbuhan otak 75% ukuran otak dewasa, lebih 1 juta saraf dibentuk tiap detik bahkan tinggi badan bisa meningkat hingga 75%. Itulah sebabnya kebutuhan gizi serta nutrisi berpersn penting dalam hal ini.

UNICEF dan WHO merekomendasikan, Inisiasi Menyusui Dini : ASI Eksklusif 6 bulan pertama, Pemberian MP-ASI berkualitas saat bayi 6 bulan, Terus menyususi hingga anak 2 th dgn MPASI tepat berkualitas. Namun, yang terjadi belakangan ini di temui penurunan angka menyusui saat pandemi karena beberapa alasan :

  1. Berbagai pendapat terkait keamanan menyusui. Padahal telah sepakati bahwa menyusui penting dilakukan/ diteruskan pada masa pandemi.
  2. Pesan yang tidak seragam (dan hoax) menyebabkan ketakutan pada orang tua sehingga mereka memutuskan untuk berhenti menyusui.
  3. Minimnya konseling karena PPKM dan Social Distancing
  4. Ibu dan nakes merasa teknik menyusui lebih mudah dipahami bila dilakukan secara tatap-muka dibandingkan secara virtual.

Berbagai upaya pun turut dilakukan, misalnya saja melalui pendekatan secara sistem untuk Perbaikan Asupan Anak Usia 6-23 bulan. :

  1. Implementasi standar dan kebijakan nasional untuk melindungi anak dari pangan tidak sehat seperti ultra processed food serta praktek pemasaran yang tidak etis
  2. Penggunaan berbagai saluran komunikasi untuk menjangkau pengasuh atas informasi
  3. faktual terkait Pemberian Makan Bayi dan Anak yang tepat
  4. Memperluasi akses konseling berkualitas dan dukungan praktek Pemberian MakanBayi dan Anak (PMBA)
  5. Desain program bantuan sosial yang ramah gizi dengan memberikan bantuan berupa pangan sehat dan aman untuk bayi dan anak usia 6-23 bulan, termasuk untuk bantuan bencana.
  6. Penggunaan platform program perlindungan sosial untuk meningkatkan pengetahuan pengasuh tentang praktek Pemberian Makan Bayi dan Anak.

Pihak swasta pun memiliki peran dalam upaya penanganan stunting ini, salah satunya Unilever. Hadir pada acara webinar saat itu, Ibu Andriyani Wagianto, Nutrition and Health Manager Southeast Asia PT Unilever Menyampaikan tema 'Peran Unilever dalam Mengedukasi Masyarakat tentang Gizi Seimbang'

Unilever berkomitmen meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat dengan menghadirkan program dan produk makanan lezat bagi masyarakat Indonesia dan bagus bagi lingkungan. Inisiatif yang dilakukan dalam pemenuhan nutrisi dan pencegahan stunting adalah dengan :

1) Standard Nutrisi Internal memenuhi standar nutrisi internal: 

87% dimana produkpun selaras dengan standar WHO.

2) Melakukan Reformulasi Produk

  • Pilihan kecap dengan 30% kurang gula
  •  Es krim yang khusus diformulasi secara bertanggung jawab untuk anak, yang sudah dibatasi kalori gula dan lemaknya
  • Jus buah dengan kandungan buah asli yang difortifikasi dengan vitamin C 100% kebutuhan harian
  • Pilihan bahan herbal seperti jahe kunyit dalam teh
  • Peluncuran produk sebagai alternatif daging yang berbasis nabati
  • Bumbu kaldu yang dibuat dengan garam iodium

3) Menciptakan kebiasaan Pola Makan yang Baik dan Hidup Bersih

  • Program Ibu dan Balita & Komunitas Sehat
  • Program Sekolah dan Pesantren Sehat
  • Unilever Brightfuture
  • Program Nutrimenu

Program Nutrimenu diluncurkan sejak tahun 2019 merupakan program yang diinisiasi salah satu brand Unilever dengan tujuan untuk memberikan edukasi dan membangun kebiasaan keluarga Indonesia dalam memasak dan mengkonsumsi makanan lezat dan bergizi seimbang sesuai dengan panduan kementrian Kesehatan "Isi Piringku".

Dalam program ini, terdapat gerakan 21 hari nutrimenu, Periode 21 hari dipilih sebagai periode untuk membentuk pola kebiasaan untuk mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, ada sekitar 42 resep masakan yang mudah untuk diolah setiap harinya.

Selanjutnya ibu Fransisca Wulandari dari Tanoto Foundation memaparkan hasil studi 'Pendekatan Desain Berbasis Masyarakat untuk Praktik PMBA dan Perkembangan AUD di Indonesia' Dimana area fokus studinya terbagi di: Indonesia Timur, Indonesia Tengah, Indonesia Barat yang mana fasilitator tinggal dan terlibat langsung dalam keseharian keluarga di lokasi, hasil dianalisa, dicarikan solusi, lalu diuji coba.

Melihat temuan pratiknya di lapangan, ternyata masih begitu banyak keuarga di Indonesia yang belum memahami secara utuh dan maksimal dalam pemenuhan gizi seimbang serta pemberian Makan Bayi & Anak.

Lewat pendekatan ini, upaya mengurangi stunting bisa dilakukan : 

  1. Pembelajaran dari pendekatan bottom-up ini diharapkan dapat membantu untuk menginformasikan komunikasi perubahan perilaku strategi (SBCC) pemerintah untuk pengurangan stunting.
  2. Studi ini membantu meningkatkan pemahaman lebih lanjut tentang bagaimana menyediakan makanan tambahan yang berkualitas bagi bayi mulai 6-24 bulan. 
  3. Dibutuhkan penguatan kepada para Kepala Daerah untuk mempengaruhi perubahan perilaku di masyarakat.

Informasi tentang cegah stunting harus gencar disebarkan melalui pendidikan akademis maupun seminar-seminar kesehatan. Dan kontribusi berbagai pihak dan Kerjasama lintas sektor antara pemerintah, tenaga kesehatan, akademisi, sektor swasta, hingga masyarakat akan sangat berperan dalam membentuk sumber daya manusia Indonesia yang lebih sehat dan berkualitas baik di masa depan.

23 komentar:

  1. Selama ini aku ngebiasain anak2 utk ga terlalu sering makan yg manis2. Syukurnya mereka ga terbiasa Ama permen dan coklat sampe skr. Sesekali boleh, tapi bukan sesuatu yg mereka minta trus. Tiap bulan cemilan yg diminta pun LBH banyak crackers. Kalo ada yg manis, palingan Oreo fav nya.

    Itu semua demi membiasakan jangan makan yg manis2, supaya ga obesitas dan diabet ujung2nya. Serem :(. Makanya kadang kalo ada orang yang pamer anak2 dengan tubuh overweight, duuh aku kuatir yg ada, takut kebawa sampe gede. Banyak yg bilang itu kan cuma lemak bayi, ntr juga ilang. Tapi aku pribadi, bukannya lebih bagus dijaga dari awal Yaa, daripada jadi over begitu.

    BalasHapus
  2. Hemm penting banget memang memperhatikan nutisi si kecil sejak dini agar mereka tetap sehat. Bagus ini webinarnya apalagi materi yang disampaikan penting untuk merawat si kecil, terima kasih. Memang diabetes dan stunting ini bahaya banget, jadi harus dicegah sebelum terjadi.

    BalasHapus
  3. Hai kak aku Dennise.Masalah stunting di masyarakat Indonesia memang harus diedukasikan secara merata.Diharapkan dalam hal ini adanya kerjasama antara pemerintah dan masyarakat untuk mengatasinya

    BalasHapus
  4. Hai kak saya Dennise.Diharapkan adanya kesadaran masyarakat untuk mau mengedukasi pentingnya gizi pada balita terutama dimasa pertumbuhan.Miris melihat anak balita mengalami stunting terutama yang berdampak pada gagal tumbuh.

    BalasHapus
  5. Stunting ini memang mengkhawatirkan, makanya perlu edukasi ibu, bapak dan calon ibu bapak. Aq setuju banget kalau edukasi online lebih susah dibanding offline. Tapi ya apa boleh buat, kan. Program2 di atas bagus2 sih, tinggal eksekusi nya saja gimana

    BalasHapus
  6. Jadi ibu nggak mudah ya , Memberikan nutrisi yg cukup juga perlu biar ga obesitas juga. Hindari gula pokoknya. Ini yg PR banget karna gula bikin kecanduan

    BalasHapus
  7. Hmm, ternyata stunting masih jadi masalah serius di negeri ya padahal informasi gizi ibu hamil tak henti-hentinya disosialisasikan. Mungkin diperlukan pengetahuan melalui pendekatan personal di masyarakat seperti menerjunkan petugas di tiap RT

    BalasHapus
  8. Belum selesai ya masalah stunting ini, memang agak sulit mengubah pola makan yg sehat buat generasi sekarang, apalagi marak minuman manis berkadar gula tinggi. Btw, aku tertarik nih pada jahe kunyit yang dicampurkan ke dalam teh, biasanya kan teh itu polos aja ya, tanpa tambahan herbal

    BalasHapus
  9. Masalah stunting ini emang gak bisa dianggap remeh ya, karena efeknya gak cuma di jangka pendek tapi juga jangka panjang. Makanya edukasi penting banget ttg mencegah stunting ini baik pada pasangan orang tua maupun masyarakat umum.

    BalasHapus
  10. Kejadian anak obesitas sering terjadi di lingkungan tempat tinggalku. Orangtua masih perlu bimbingan soal gizi anak, bagusnya mereka ga mau anaknya stunting tapi jadi ngasih makanan pengawet yg cepat saji dan cemilan..

    BalasHapus
  11. Kalau anak saya yang suka manis tuh yang nomer 2, cokelat paling hobi, gara-gara maminya juga sih, dulu suka cokelat banget.
    Tapi untungnya sih, anak-anak masih nurut maminya kalau mau makan jajan pasti nanya dulu, boleh atau enggak, jadinya saya batasi aja konsumsi jajanan manis setiap harinya.

    Kasian soalnya kalau kebanyakan gula, bisa jadi penyakit apalagi jadi obesitas

    BalasHapus
  12. sedih banget ya kalo baca data tentang tingginya stunting di Indonesia

    karena itu dibutuhkan kampanye terus2an agar masyarakat semakin peduli gizi

    seperti tulisan ini

    BalasHapus
  13. Saling bekerjasama semua pihak untuk cegah permasalahan gizi. Karena baik stunting dan obesitas bisa berdampak pada tumbuh dan kembang anak kedepannya

    BalasHapus
  14. Stunting dan obesitas masih jadi masalah utama ya mbak..seperti ponakan yang obesitas jadi susah kalau naik turun tangga padahal masih abg ..bener2 harus disemangati buat olah raga nih anaknya hehehe

    BalasHapus
  15. Memang ya makanan manis2 itu bahaya, tidak hanya berdampak gigi saja, tetapi bisa ke diabetes dan obesitas. Anak2ku harus diubah nih pola makannya, termasuk aku. Kurangi yg manis2.

    BalasHapus
  16. Memang dibutuhkan aksi bersama dalam upaya menurunkan jumlah kasus stunting masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi Indonesia.
    Apalagi pemberantasan yang berkesinambungan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM di masa mendatang.
    Sebuah acara menarik yang sejalan dengan tema yang diangkat dalam Peringatan Hari Gizi Nasional yang ke 62 dengan misi edukasi dan sosialisasi seputar stunting

    BalasHapus
  17. kampanye cegah stunting memang harus terus digalakkan yaa, Mba. Sedih banget deh banyak anak indonesia yang stunting

    BalasHapus
  18. Stunting ini menurut saya memang harus diselesaikan bersama-sama ya Mba, nggak bisa jalan sendiri gitu. Lebih-lebih stunting ini memiliki dampak jangka panjang untuk anak. Seneng banget saat banyak pihak aware dengan isu stunting ini :)

    BalasHapus
  19. Saya selalu merinding membayangkan efek berkelanjutan dari stunting dan obesitas ini. Apalagi sampai mempengaruhi kemampuan anak berpikir. Ini ancaman yang gak main-main. Jadi saat baca keterlibatan UNILEVER akan 2 hal penting ini, saya mulai bisa bernapas lega. Semoga dengan usaha yang konsisten, kedua masalah ini bisa segera terhapus di bumi nusantara.

    BalasHapus
  20. Stunting emang masih jadi ancaman bagi anak anak Indonesia ya mbak
    Mencegah stunting dimulai pada 1000 hari pertama kelahiran

    BalasHapus
  21. Hai kak aku Dennise.Masalah stunting dan obesitas tidak saja menjadi perhatian pemerintah tetapi semua kita bangsa Indonesia harus aware untuk hal itu.Ponakanku nih ada umur 3 tahun gendut banget. Istrinya merem anaknya makan sementara suaminya senang kasih makanan yang enak. Nafas aja susah saking gemuknya. Sekarang dalam program turunkan BB oleh dokter gizi.

    BalasHapus
  22. Masalah stunting memang menjadi masalah utama dalam pertumbuhan anak. Memperhatikan pola hidup sehat seperti menjaga kebersihan dan makan makanan dengan kanduungan gizi yang baik bagi tubuh bisa jadi langkah solutif untuk mengurangi stunting

    BalasHapus
  23. Konon kabarnya negara kita memang darurat stunting ya Mbak, kebetulan saya juga pernah menulis soal stunting ini. Sedih banget.

    BalasHapus