Laman

Selasa, 15 November 2016

Gunung Rinjani : Dekat Di Mata Jauh Di Kaki

Jalur Sembalun Rinjani
Melanjutkan cerita perjalanan sebelumnya (KLIK DISINI) , melalui jalur sembalun pendakian menapaki setiap jejak di Rinjani pun di mulai. Dari gerbang pendakian, kami melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki menuju pos 1, jalurnya di dominasi padang hijau berbukit dengan kontur yang naik turun. Sepanjang mata memandang di suguhi panorama keindahan savana, hanya saja agak jarang pohon sehingga susasana perjalanan begitu panas.

Setibanya di pos 1 kami rehat beberapa saat, meskipun perjalanannya cukup bersahabat perjalanan yang cukup panjang, membuat lelah tak terelakan.  Melanjutkan kembali perjalanan hingga tiba di pos 2, yang sebagian besar sudah banyak wisatawan asing beristirahat. Tim kami pun membuka flysheet dan mengisi energi dahulu dengan makan. Di pos 2 terdapat sumber air tepat di bawah jembatan, tetapi tidak layak diminum langsung karena agak berbau, biasanya di gunakan untuk keperluan masak memasak, pun kalau dengan sangat terpaksa meminum biasanya kami mencampur dengan serbuk minuman rasa.


Setelah cukup beristirahat dan mengisi energi, perjalanan dari pos 2 dilanjutkan menuju pos berikutnya. Tracking sudah mulai cukup berat, tanjakan terus dan sedikit bonus. Sebenarnya yang membuat terasa berat karena sudah bisa melihat jalur dari pos 2 menuju pos 3, rasanya dekat di mata tapi jauh di kaki, sambil terus berjalan dan beberapa kali break, kami tiba di pos 3. Sempat melihat jam di ponsel yang tidak menjdapat sinyal jaringan waktu sudah menunjukan pukul 3 sore waktu setempat. Sebelumnya jika tiba lebih awal lagi berencana untuk buka tenda di pelawangan, namun setelah banyak pertimbangan akhirnya camp pertama kami di pos 3 Pada Balong dengan ketignggian sekitar 1.807 mdpl.
Camp. Pos 3 Sembalun
Lahan camp di pos 3 memang tidak terlalu luas dan tidak ada sumber air di dekat sana. Namun dari tempat kami camp sudah terlihat bukit yang banyak orang menjulukinya sebagai bukit penyesalan. Tenda yang di dirikan oleh tim kami dekat dengan shalter pos 3 dengan space yang memang cukup hanya untuk 3 tenda saja, namun tak jauh dari lokasi kami juga ada beberapa pendaki yang mendirikan tenda di sekitaran Gua berbukit.

Hari ke-2 di Rinjani

Pagi yang dingin, hal paling menyenangkan ketika berpadu bersama alam adalah di sambut pagi dengan pemandangan natural yang menyejukan mata dengan perbukitan yang nampak kehijauan. Re-packing, bersiap menuju pelawangan Sembalun, setelah charge energi dengan makan pagi. Beruntungnya kami sudah berjalan saat matahari belum terlalu terik, tapi tetap saja rasa lelah merajai. Cuacanya pun kerap tak menentu, kadang panas dan kadang nampak mendung.

Yup, pada akhirnya kami harus melewati tanjakan berbukit yang seakan tak berujung hingga tak heran di namakan sebagai bukit penyesalan dengan kemiringan yang cukup ekstrim dengan kondisi jalan yang sangat berdebu. Saya tidak tahu persis berapa real total bukit tersebut ada yang mengatakan berjumlah 7 tapi ada juga yang menyebutkan sampai 9, Saya hanya menikmati perjalanan saja yang memang tidak gesit, dan sesekali harus istirahat.

Saya pernah membaca di sebuah situs pendakian bahwa Rinjani adalah salah satu gunung dengan jalur pendakian terindah di Indonesia. Dan ya..Saya mengerti mengapa hal tersebut di nobatkan pada Gunung Cantik Anjani ini. Selain track yang maha dasyat menjelang dekat pelawangan, dengan jalur akar menanjak tapi selain itu ada juga ladang edelweise yang banyak sekali. Sayang sekali saat kesana banyak pohonnya yang tidak mekar dan nampak kering.
Salah satu jalur menuju pelawangan
Akhirnya, Kami sampai di pelawangan sembalun atau Pos 4 Rinjani dengan tangan dan wajah bertumpuk debu, kalau sepatu dan celana tidak usah dijelaskan sudah pasti bisa membayangkan. Padahal keberangkatan kami kala itu bukan ketika musim kemarau. Pelawangan Sembalun merupakan pos terakhir sebelum summit ke puncak Rinjani sebuah dataran yang cukup luas, biasanya para pendaki mendirikan tenda di lokasi ini tak terkecuali tim kami. Suasana yang sebelumnya nampak sepi menjelang sore semakin banyak tenda berdiri pula di sekitar kami.

Summit Attack (Menuju hari ke-3)

Pukul 01.30 dini hari waktu setempat, langit kelam dengan hembusan angin yang bertiup serasa menyerang ke sendi-sendi tulang. Berdoa bersama, selangkah demi selangkah menapaki jalur pendakian dengan tanjakan-tanjakan yang curam dan berdebu. Trackingnya berupa pasir, batu serta tanah dan jangan harap bisa bertemu pohon atau pegangan sepanjang jalur. Ya..tongkat atau tracking pole memang cukup membantu dengan medan seperti itu.

Hampir di sepanjang perjalanan ke Rinjani saat itu, Saya lebih sering menemui para wisatawan asing dan dengan keramahannya mereka pun mau saling sapa. Salut dengan semangat mereka jauh pergi dari belahan bumi lainnya hanya untuk bisa menikmati keindahan panorama negeri Khatulistiwa Indonesia ini, kita patut berbangga dan menjaga kelestarian alam negeri.
Letter E Puncak Rinjani
Semakin ke atas banyak bebatuan besar, yang bisa membantu untuk pegangan atau berteduh dan kami sempat tehenti lantaran hembusan angin berbasah dan hujan, Saya tidak menyadari bahwa ternyata sempat ada badai. Bersyukur perjalanan bisa di lanjutkan, sampai akhirnya berhasil juga sampai Letter E, jalur terberat sepanjang perjalanan menuju puncak dengan area yang sempit dan kanan-kiri jurang. Jalur yang curam dengan kemiringan sekitar sekitar 50-55 derajat, berpasir, berbatu, dan berkerikil,  membuat susahberjalan, ditambah angin yang dinginnya cukup kencang berhembus . Perjuangan belum berakhir tapi dari sini puncak sudah terlihat. Semakin besar harapan, dan menumbuhkan semangat.
Sunrise Rinjani
Lagi-lagi..puncak itu terasa semakin dekat tetapi ternyata..ah sudahlah. Perjalanan yang cukup panjang itu akhirnya membuat Saya tidak bisa menikmati Sunrise dari puncak tapi tidak mengapa dari jalur Letter E ini matahari pagi tetap indah bersinar dan Saya tidak pernah menyesal untuk kesempatan luar biasa itu.

Saya percaya, keteguhan dan kesabaran serta pantang menyerah itu yang pada akhirnya akan membawa kita mewujudkan mimpi. Seperti halnya filosofi kehidupan dan seperti itulah Saya mengibaratkan sebuah pandakian. Ketika berhasil menginjakan kaki di Puncak gunung berapi tertinggi ke dua Indonesia itu tak ada yang mampu Saya ikrarkan Selain “Allahuakbar..Subhanallah dan Alhamdulillah, akhirnya Saya berhasil mewujudkan mimpi dan berdiri di ketinggian 3.726 mdpl ini.”
Summit Attack Rinjani
Puncak Rinjani tak begitu luas, untunglah saat itu sedang tidak banyak pendaki yang sedang berada di puncak. Terlihat wajah-wajah puas dan bangga setelah melewati perjalanan yang amat panjang itu. Sebenarnya dari puncak dapat terlihat keindahan sagara anakan, namun lagi-lagi sangat amat di sayangkan selama hampir 1 jam menanti  gumpalan awan tak juga beralih. Jadi Saya harus cukup puas tidak benar-benar merasakan lukisan alam danau sagara anakan dari puncak dan Saya pun bertanya-tanya apakah ini lantaran ada hubungannya dengan badai semalam ?

Terlepas dari itu Saya tak bisa berhenti bersyukur menyaksikan samudera awan  diatas samudera mungkin istilahnya, melihat sekeliling kaldera Rinjani membuat Saya semakin menyadari hakikat seorang manusia tak ubahnya buih di hadapan segala ciptaan-Nya.

Perjalanan turun dari puncak Rinjani pun bisa di bilang tidak mudah, benar-benar dibutuhkan kehati-hatian ekstra. Semakin siang debu-debu pasir akan semakin membuat sulit perjalanan karena menghalangi pandangan. Trik untuk melalui medan berpasir seperti itu adalah dengan ikuti alur pasir. Injak saja pasir menggunakan tumpuan tumit, ikuti gerakannya secara fleksibel tidak usah terlalu buru-buru karena resiko tersungkur bisa terjadi.

Saya tida terlalu memperhatikan durasi waktu kala itu cuma jika Saya memperkirakan harusnya belum lewat tengahh hari, tetapi sesampainya di tempat camp beberapa pendaki lain sudah beralih dan hanya tinggal tenda kami saja yang masih berdiri.

Tidak banyak waktu untuk beristirahat, karena kami juga harus mengejar perjalanan berikutnya menuju danau sagara anakan. Meskipun nampak terlihat dekat dari pelawangan, pada nyatanya jarak tempuh dan waktu yang dibutuhkan menuju ke sana bisa mencapai 3-4 jam.

-To Be Continue -

21 komentar:

  1. Dini hari yg dingin ini, w serasa ikut mendaki....akhhhh pengen bgt liat edelweiss....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Senangnyaaa..jika tulisan Saya bisa mewakili..klo boleh saran..jgn sekali2 hiking klo ga mw ketagihan :D

      Eh, tp di bromo dan dieng bnyk juga sih yg jual edelweis hasil budidaya

      Hapus
  2. Luar biasaa!! salah satu cita2 saya yg belum kesampaian adalah naik gunung, wonderful Indonesia,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Indonesia banyak tmpt2 Indahnya. Mungkin suatu saat berkesempatan Mba

      Hapus
  3. Pengeeeen, tapi kebayang ngos2annya secara aku jarang olahraga huhuhu. Kalau bawa anak mungkin lebih rempong ya? XD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sayapun demikian :D
      Tp nda tau rasa penasaran lbh menguasai hasrat hiking jg pada akhirnya.

      Lbh riweh sih tp saat ini udah mkn bnyk hiking keluarga

      Hapus
  4. patut masuk 7 wanita tangguh versi on the pos...kalo saya pasti udah ga kuat hihi maklum jarang olahraga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha...masirwin berlebihan
      Msh bnyk yg jauh lbh tangguh dari Saya

      Hapus
  5. Duhhh, pengen ngerasain naik gunung. selama ini masih tinggal harapan ajaa :(

    BalasHapus
  6. Aku smpt k sana cuma gk smp naik k ataa

    BalasHapus
  7. Cewek suka naik gunung, keren
    dan dalam otakku langsung bilang, cewek seteronggg
    aku kalau naik gunung wes bye bye syantiek lah
    wong ggdibolehin sama ortu dan suami..hehehe

    *cewekmanjasukangemall

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heheehh...hanya pencinta dan penikmat alam Mba ^_^

      Hapus
  8. Saya suka mbaca kisah2 pendaki gini mb. Sesuatu yang nggak sempat saya lakukan pas muda. Sblm nikah, jaman kuliah..ortu pasti nggak bakal ngijinin untuk hal2 seperti ini. Sekarang...udah ada para bocil. Mungkin klo anak2 sudah besar. Tapi saya udah tua dong☺☺ ya sudahlah...mbaca aja cukup.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga tulisan ini bisa mewakilkan ya Mba..alam Indonesia banyak yg indah bukan sekedar gunung saja, jadi nikmati dan jaga keleestariannya :)

      Hapus
  9. Meski dari puncak tak melihat danau segara anakan, semoga perjalanan berikutnya ke danau segara anakan lancar ya, Mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah lancar..akan Saya tuliskan di post berikutnya ^_^

      Hapus
  10. Keren banget udah sampai Rinjani. Aku ke Lombok main di pantai aja, heheh

    BalasHapus
  11. Keren mbak bisa sampai puncak Rinjani :D

    BalasHapus
  12. wuh dari dulu mupengnaik rinjani yang katanya viewnya ajib itu, selama ini cuma dari katanya katanya mulu :3

    BalasHapus