Selamat Datang Sobat, Jangan Lupa Tinggalkan Jejak ya... ^_^
Monarch Butterfly 2

Senin, 28 Oktober 2013

Memaknai Rasa Nasionalis di Hari Sumpah Pemuda

 http://1.bp.blogspot.com/_qksQ1rcER74/TMuEUAbVIEI/AAAAAAAAAAg/ILMEO5QVhTE/s400/speedy_sumpah_pemuda.jpg
Jika menelisik sejarah yang jatuh bertepatan pada hari ini tgl 28 Oktober di tahun 1928, beberapa pemuda dari berbagai golongan dimana mereka membagi-bagi kelompok asas dasar kedaerah seperti Jong Java, Jong Sumatra, Jong Ambon,Jong Borneo dll. Mereka terkotak-kotak dalam organisasi kesukuan tersebut, hingga kemudia tumbuhlah rasa nasionalis mereka untuk bersatu bahwa pada hakikatnya mereka adalah satu, satu dalam ikatan sebagai rakyat Indonesia.

Kemudian para pemuda berkumpul bertempat di Jalan Kramat Raya nomor 106 Jakarta Pusat yang sekarang beralih fungsi menjadi Museum Sumpah Pemuda, pada waktu itu adalah milik dari seorang Tionghoa yang bernama Sie Kong Liong.membuat perumusan sebagai asas pemersatu bangsa.
http://www.pustakasekolah.com/wp-content/uploads/2012/10/sumpah-pemuda.jpg
Sebelum teks sumpah pemuda dibacakan, maka diperdegarkanlah lagu Indonesia raya yang diciptkan oleh Wr. Soepratman dengan alunan melodi biola sehingga rasa nasionalis dalam jiwa mereka pun semakin menggelora.

Pada hakikatnya, negeri ini pun banyak dimulai sebuah pergerakan oleh para pemuda. Seperti ujung tombak kekuatan suatu bangsa sebagaimana kutipan kalimat Soekarno yang begitu terknal "Beri Aku 10 Pemuda Maka Akan Aku Goncang Dunia" inilah pernyataan dimana harapan kukuhnya sebuah bangsa terletak di bahu para pemuda karena pemikiran-pemikiran mereka yang masih terbuka dan cerdas.

Namun, jika melihat kenyataaan kini entah dimana rasa nasionalis itu berada, para pemuda justru seakan tak lagi perduli akan ketentraman dan kedamaian negeri. Yang melakukan pemberontakan, tawuran adalah para mahasiswa dan pelajar yang sejatinya adalah penerus harapan bangsa yang memiliki intelek tinggi.

Para pemuda justru lebih bangga dengan bahasa gaul dan alay yang mulai beredar, moral pun banyak tak terjaga, mayoritas asyik dengan dunia maya dibanding melakukan kegiatan sosial yang bersifat positif dan mungkin yang lebih na'as dimana mereka begitu bangga mengenakan produk luar negeri.

Entah masih adakah rasa nasioanlis yang tersisa saat ini?? Dikala mungkin segala tindak laku tergerus oleh zaman dan dibius akan kemajuan teknologi yang lebih banyak disalah gunakan.

2 komentar:

Bung Destur mengatakan...

secara mendasar dalam Islam rasa nasionalisme ini diharamkan, dimasukkan dalam kaidah 'ashobiyyah, barangsiapa mati dalam keadaan 'ashobiyyah maka matinya sia-sia, dan sikap 'ashobiyyah ini baunya busuk di hadapan Allaah

Anonim mengatakan...

Maaf sebelumnya,,saya sendiri belum pernah mendengar dalil yang menyatakan hal itu. Bukannya rasa nasionlis itu adalah rasa cinta damai dan saling menghargai perbedaan dan saya meyakini islam pun mengajarkan hal itu