Selamat Datang Sobat, Jangan Lupa Tinggalkan Jejak ya... ^_^
Monarch Butterfly 2

Jumat, 23 Oktober 2015

Review Film 3 "Alif Lam Mim"

Awalnya tak terbesit sama sekali untuk menyaksikan film ini, penilaian saat awal promosi bintang-bintang pemerannya di sebuah stasiun TV pasti film ini penuh dengan kekerasan. Nyatanya dugaan saya salah, menurut saya ini adalah sebuah revolusi film yang berbeda dari kebanyakan umumnya. Bertema futuristik mengangkat tema sosial, idealis, action, drama dan agama. Terlalu telat rasanya untuk merekomendasikannya saat ini karena saya pun baru berkesempatan menyaksikannya saat hanya bersisa satu bioskop Jakarta yang menayangkannya.
Sang Sutradara Anggy Umbara, membangun pemahaman baru yang menyangkut pautkan problematika sehari-hari negara Indonesia pasca kehancuran lewat film besutannya ini. Arogansi dalam membela apa yang mereka percaya itu  menjadi problematika yang tak akan pernah tahu jawabannya dan tak akan pernah habis untuk dibahas. Hal tersebut menguap menjadi suatu isu yang sensitif untuk disinggung oleh beberapa pihak.

Yang menarik dari film ini adalah premis yang dapat dikatakan cukup sensitif, dimana menggambarkan kehidupan dystopia (paparan masa depan yang cenderung negatif), saat agama sudah menjadi terkucilkan dan HAM menjadi prioritas. Mengusung isu sensitif tersebut,  sang sutradara berusaha mengemasnya lewat berbagai sudut pandang dan konklusi yang bijak. Film 3 ini menjadi lebih baik ketika maksud untuk menyampaikan isu didalamnya sudah terlaksana, seperti ketika film ini menjadi bahan diskusi;‘Bagaimana kalau nanti agama sudah tidak menjadi landasan lagi?’,

Berlatar tahun 2036 ketika Indonesia berada di masa pasca revolusi. Pemahaman liberalisme berhasil menguasai setelah berpuluh tahun lamanya hingga berujung terjadinya konflik berdarah antara kelompok radikal dengan liberal. Islam yang awalnya mayoritas, di tahun tersebut menjadi minoritas. Banyak ulama dibunuh oleh aparat tanpa melalui persidangan dengan tuduhan terorisme. Dengan lugas, lafal-lafal dialog para tokoh mengucapkan banyaknya masjid-masjid yang dijadikan gudang.

Adalah Alif, Lam dan Mim tiga tokoh utama yang disajikan dalam film, mereka bersahabat sejak kecil dan dibesarkan bersama di sebuah pesantren dan sama-sama mendalami seni ilmu bela diri. Ketika dewasa ketiganya memilih jalan hidup berbeda Alif (Cornelio Sunny) memilih bergabung ke detasemen khusus karena dendam terhadap kelompok radikal yang telah membunuh orang tuanya. Lam (Abimana Aryasatya) berkarir menjadi jurnalis namun tetap berpegang teguh pada keyakinan agamanya. Kemudian Mim (Agus Kuncoro) memilih mengabdi di pesantren karena cita-citanya ingin mati khusnul khatimah. Pesantrennya Mim inilah yang bernama Al Ikhlas. Pesantren yang dijadikan operasi terkahir detasemen khusus untuk melenyapkan Islam di Indonesia.

Mengenai uniknya ketiga nama dari tokohnya yang merupakan tiga kata huruf hijaiyah dalam Al-Qur'an ini ada filosofi dari seorang Anggy Umbara dimana menurutnya Alif itu kan lurus, Lam itu miring kayak angin, dan Mim itu seperti air yang mewakilik simbolis karakter si tokoh.

Konflik bermula ketika terjadi pemboman di sebuah tempat makan bernama Candi Cafe, kasus ini yang pada akhirnya mempertemukan ketiga sahabat bertemu kembali dalam sebuah  misteri yang mengancam mereka. Kecurigaan bahwa pengeboman ini dilakukan kelompok radikal agama membuat Alif harus berhadapan dengan Mim di sisi lain lam pun terusik untuk mencari kebenaran di balik kasus tersebut sekaligus berusaha menjaga agar kedua sahabatnya ini tak saling bertarung. Sedikit demi sedikit misteri tersingkap, mereka bertiga semakin menyadari bahwa kasus tersebut melibatkan sesuatu yang lebih besar.
Aksi laga pertarungan bela diri cukup banyak disajikan namun semua terpampang pada seni perlindungan diri sebagaimana yang disajikan para tokoh dalam peran. Film ini terdiri dari beberapa sudut dimensi dan tidak tercentral pada satu pihak sebagai antagonis,  pandangan ini diungkapkan secara gamblang dalam dialog. Film 3 memang terbilang penuh dengan komentar-komentar verbal tentang agama, politik, sosial, hukum, media, teknologi, teori konspirasi, bahkan cinta, dan untungnya tidak datang dari satu sudut pemikiran saja. semua itu ditampilkan paling sesuai dengan fungsinya, baik untuk mendeskripsikan karakter, ataupun menggerakkan plotnya.

10 komentar:

Muhae mengatakan...

pengen nonton film ini, pasti keren banget, tapi lagi bokek, mungkin nunggu ada yanbg ngupload aja ya ntar di download gitu hahaha

Siti Nurjanah mengatakan...

hahahaha..wah jgn di biasakan. kita harus menghargai sineas anak bangsa dg tdk menonton gratis lewat download :)

zasachi mengatakan...

Beneran bagus ya mba, hiks saya belom sempat nonton. di twitter jg rame ngomongin film ini dan ngerekom buat nonton... ��

Siti Nurjanah mengatakan...

Keren..jalan ceritanya beda n cukup berani ngangkat isu yg cukup sensitif

Muhae mengatakan...

iya kaka hahah mungkin itu pas lagi hilaf aja kok

Siti Nurjanah mengatakan...

next..jangan di ulangin lagi y ^_~

Fandhy Achmad R mengatakan...

Ini di bioskop udah keluar belum ya, jadi penasaran -__-

Siti Nurjanah mengatakan...

wahh..udah lama banget mas, Sejak awal oktober lalu. Saya aja baru nonton saat udah jarang bioskop nayangin :D

angkisland mengatakan...

waahhh kayaknya seruu nie mbak filmnya hehe....

Siti Nurjanah mengatakan...

Filmnya layak di acungi jempol, keren